Sepanjang bekerja di kawasan tumbuh bunga, lanjutnya, baru pertama kali melihat bunga raksasa itu. Makanya Aritonang menggeleng sewaktu diberitahu bahwa bunga tersebut langka dan dilindungi.
Di sekitar tumbuhnya bunga, rumput-rumputnya sudah dibersihkan sehingga terlihat jelas puluhan batang bakal bunga dalam fase vegetatif (aseksual). Tak jauh dari situ, juga didapati bunga yang masuk fase generatif (seksual), mekarnya sudah selesai dan mulai layu.
Selama fase vegetatif, di atas umbi akan muncul batang tunggal dan daun yang secara keseluruhan dan sekilas mirip pohon pepaya.
Beberapa waktu lalu, bunga yang sama juga pernah mekar di ladang milik Mahmud, warga Kelurahan Sibabangun, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Penuturan Mahmud, bunga ini pertama kali mekar di ladangnya pada 2012 lalu.
Petugas Resort Pelabuhan Laut Sibolga dan Bandara Pinangsori yang mendapat informasi soal bunga ini dari bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah II Pematangsiantar langsung turun ke lokasi melakukan pengecekan. Hutagalung, begitu dia biasa dipanggil, menyayangkan aksi pemindahan dan pengrusakan yang terjadi.
“Banyak tumbuh di sini, janganlah dirusak lagi kalau menemukannya," ujarnya.
Baca juga: 6 Perbedaan Harus Diketahui Antara Bunga Bangkai dan Rafflesia
Disinggung peranan instansinya dalam melindungi bunga yang mengeluarkan bau busuk untuk mengundang datangnya serangga ini, Hutagalung bilang, tidak punya tupoksi untuk merekomendasikannya karena berada dalam kewenangan Pemkab Tapanuli Tengah.
“Kami gak bisa sembarangan masuk, Pemkab yang merekomendasikan,” kelit Hutagalung.
Dia kemudian menyarankan Aritonang agar tak melakukan pengrusakan jika bunga kembali mekar. Disarankannya, kalau alasan Aritonang memindahkan bunga ke tepi jalan untuk mencari uang, harusnya memasang plang dan mematok parkir secara sukarela.
“Daripada dirusak, lebih bagus dipasang plang. Kalau ada yang mau melihat, buat parkir dan kutip secara sukarela,” katanya.
Hotma Uli Sianturi selaku Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara yang dikonfirmasi membenarkan soal penemuan dan mekarnya bunga bangkai di Desa Tapiannauli, Kecamatan Tapiannauli, Tapteng.
Hotma menyebutkan, bunga tumbuh di kebun masyarakat yang berbatasan dengan hutan lindung.
"Mekarnya sempurna. Melihat ciri-cirinya, bunga ini dari jenis Amorphopallus Titanum. Tingginya sekitar 200 sentimeter dan diameternya 80-an sentimeter. Kita juga menemukan keadaan yang masih kuncup," katanya.
Baca juga: Bunga Bangkai Raksasa Kembali Mekar di Bekasi
Berdasarkan informasi dari masyarakat yang diterima pihaknya bahwa di daerah tersebut banyak ditemukan bunga bangkai, Hotma memastikan, areal itu adalah habitat bunga bangkai.
Amorphopallus Titanum menurutnya merupakan flora endemik Pulau Sumatera yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A Gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5 meter.