Pasca Sail Komodo 2013
Penyelenggaraan Sail Komodo 2013 memberikan dampak yang positif dengan terus meningkatnya kunjungan wisatawan asing dan Nusantara.
Dampak lainnya adalah tumbuh suburnya pembangunan hotel berbintang di Kota Labuan Bajo maupun di pulau-pulau kecil di Manggarai Barat.
Bahkan, bertumbuh subur agen-agen perjalanan wisata di Kota Labuan Bajo maupun di seluruh Pulau Flores.
Selain itu pemandu-pemandu wisata di Kota Labuan Bajo, baik perseorangan maupun melalui biro perjalanan terus meningkat untuk melayani wisatawan asing dan Nusantara yang berkunjung ke kawasan Taman Nasional Komodo.
Pada tahun 2017, dalam rentang waktu Januari hingga April, jumlah wisatawan yang berkunjung mencapai 38.147 orang.
Sedangkan tahun 2018 dari Januari sampai April terdapat 45.630 orang wisatawan yang berkunjung ke kawasan Taman Nasional Komodo, khususnya maupun di seluruh Manggarai Barat pada umumnya.
Dari ribuan wisatawan yang berkunjung ke Manggarai Barat, uang miliaran rupiah berputar pada perekonomian di kabupaten paling barat Pulau Flores ini.
Selama ini semua pihak gencar mempublikasikan keunikan-keunikan binatang komodo yang hidup dan tinggal di kawasan Taman Nasional Komodo.
Namun, fakta berbicara lain, binatang komodo bukan hanya hidup di kawasan Taman Nasional Komodo melainkan binatang ini hidup dan tinggal di habitat pulau-pulau kecil di daratan Pulau Flores.
Fakta ini berdasarkan penelitian dari Yayasan Komodo Survival Program (KSP) bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur dan Taman Nasional Komodo.
Binatang komodo hidup dan tinggal di kawasan Selatan dan Utara dari Pulau Flores.
Bahkan Balai Besar Konservasi Sumber Alam NTT sudah menempatkan petugas dan staf di Cagar Alam Wae Wul serta di kawasan 17 Pulau Riung, Kabupaten Ngada, selain itu binatang Komodo juga hidup dan tinggal di Pulau Longos.
Pada Sabtu (21/7/2018), warga menangkap komodo di sekitar perkampungan Watu Bari, Kecamatan Macang Pacar, Manggarai Barat.