Supardi mengaku sudah 3 tahun terakhir bekerja sebagai pembuat janggelan di pabrik milik Sumarni. Selama memasuki bulan Ramadhan permintaan akan janggelan dipastikan meningkat drastis.
Pabrik janggelan milik Sumarni pada hari biasa mempekejakan 4 orang, namun memasuki bulan puasa akan menambah pekerja hingga 2 kali lipat. “Subuh itu sudah mulai manasin di tunggu pertama, selesainya kadang tengah malam,” ujarnya Rabu (22/5/2019).
Sumarni merintis usaha janggelan di Magetan sejak tahun 2001. Sebelumnya Sumari hanya memasok kebutuhan bahan baku pembuatan janggelan ke Palembang.
Di desa tempat tinggalnya dulu merupakan pembudidaya tanaman janggelan. Warga menanam sebagai tanaman sela disaat musim kemarau.
“Dulu satu rumah warga punya berton-ton janggelan kering, sekarang sudah nggak ada yang mau nanam, karena harga janggelan sempat murah. Dulu janggelan kering hanya Rp 2.500,” katanya.
Karena tak ada lagi warga Magetan yang menanam tanaman janggelan, Sumarni terpaksa mendatangkan janggelan dari Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Wonogiri hingga Kota Trenggalek.
Kelangkaan bahan baku membuat harga bahan baku janggelan melonjak tajam. “Satu kilo sekarang Rp 45.000. Itu pun barangnya susah dicari,” keluhnya.
Untuk menyiasati hal tersebut, Sumarni mengaku akan mencoba memproduksi agar agar dari rumput laut. “Kita mau mencoba untuk membuat agar agar dari rumput laut selain memproduksi janggelan,” katanya.
Serat Tinggi hingga Sajian Menggiurkan Saat Berbuka
Janggelan yang telah menjadi beku banyak diburu masyarakat di bulan Ramadhan untuk campuran membuat minuman berbuka puasa.
Beragam minuman bisa dibuat dari campuran janggelan seperti cendol janggelan hingga minuman coklat yang dicampur dengan serutan janggelan.
Salah satu warga Magetan, Yeni mengaku membeli janggelan di pabrik Sumarni untuk bahan baku pembuatan minuman es campur yang dijualnya. “ Untuk jualan es campur di bazar Ramadhan, selain itu ada juga cendol janggelan,” ujarnya.
Janggelan juga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan berat badan atau diet.
”Paling bagus yang saringan pertama yang paling pahit, disimpan di kulkas baru dikonsumsi. Khasiatnya banyak, kalau kita konsumsi kan rasanya langsung terasa di perut jadi adem,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.