JAKARTA, KOMPAS.com – Beberapa waktu belakangan cukup banyak beredar kabar terjadinya kasus penipuan open trip yang dilakukan travel agent.
Salah satu yang terbaru adalah kasus Easy to Holiday yang hingga kini pengelolanya masih menghilang.
Open trip bermasalah seperti ini tidak hanya sekali terjadi. Tak sedikit dari open trip bermasalah yang berujung pada kerugian peserta, mulai dari materil hingga emosional.
Sistem kepercayaan antara wisatawan dan penyelenggara wisata saja memang tidak cukup untuk bisa jadi jaminan liburan akan berjalan dengan lancar.
Baca juga: Agen Perjalanan Open Trip Diduga Rugikan Traveler Ratusan Juta Rupiah
Maka dari itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tips memilih open trip khususnya agar meminimalisir kemungkinan penipuan.
Salah satu yang paling penting adalah memperhatikan lisensi yang dimiliki para travel agent atau penyelenggara open trip terpercaya.
Berikut tips memilih agar tidak tertipu open trip yang bermasalah.
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, sistem open trip jadi bermasalah karena biasanya yang mengadakan adalah perorangan.
Orang-orang tersebut biasanya tidak punya lisensi yang membuat mereka tidak memiliki badan hukum resmi yang bisa melindungi dalam penyelenggaraan open trip.
Baca juga: Jumlah Followers Bukan Jaminan Open Trip Profesional dan Terpercaya
"Cek lisensi bisa ke asosiasi. Karena kalau tidak ada lisensi resmi, kita enggak pernah tahu orangnya (penyelenggaranya) siapa," ujar Pauline kala dihubungi Kompas.com pada Jumat (07/12/2019).
"Mereka malah jadi seperti calo, yang bisa mengambil promosi dari OTA tapi pas akan berangkat ternyata promosinya enggak ada, pasti enggak benar," lanjutnya.
Sistem open trip memang berbeda dengan sistem yang ada di travel agent konvensional.
Menurut Pauline, penyelenggara open trip tidak memiliki akses untuk melakukan block seat tiket yang bisa berakibat pada habisnya kuota tiket murah yang awalnya sudah ditawarkan open trip.
"Mereka kumpulkan orang dan biaya dulu, ibaratnya menjual lebih dulu tapi tidak modal untuk memesan duluan. Hal itu bermasalah ketika akan berangkat lalu harga berubah," lanjutnya.
Baca juga: Ini Kata Milenial soal Liburan Menggunakan Jasa Open Trip