Oleh sebab itu, ia menyarankan masyarakat yang ingin melakukan pendakian wajib menyertakan surat sehat dan surat bebas Covid-19 hasil dari swab test dengan metode PCR.
"Swab test disarankan karena itu yang paling ideal, karena rapid test ini dikatakan tidak akurat, hanya menilai anti bodi," kata Sophia.
"Kita menyadari kondisi di lapangan hampir tidak mungkin semua orang melakukan swab berbayar karena mahal, tapi ada beberapa puskesmas yang melaksanakan swab gratis," lanjutnya.
Baca juga: Prosedur Naik Gunung Akan Ketat Setelah Pandemi Corona, Seperti Apa?
Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Bandung, Dokter Franky Moudy Rumondor menambahkan, para calon pendaki harus melakukan check-point sendiri sebelum mendaki.
Adapun check-point tersebut mulai dari pengecekan persiapan protokol kesehatan seperti mengenakan masker saat keluar rumah, selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, membawa hand sanitizer dan lainnya.
Selain itu, ia menyarankan, pada saat pendakian, masyarakat tak perlu mengenakan masker karena dapat menyebabkan nafas tersendat.
"Tidak perlu pakai masker ketika pendakian, tapi tetap jaga jarak dua meter. Namun harus diperhatikan, pada saat di basecamp dan pos pendakian, harus mengenakan masker," tuturnya.
Franky juga mengimbau, para pendaki tidak melupakan jaga jarak pada saat istirahat. Menurutnya, para pendaki harus menjaga jarak pada saat di basecamp, atau pun ketika di tenda.
"Karena pendaki ini sering lupa, ketika mereka makan di basecamp, berkumpul bergerombol. Nah ini harus kita lakukan check-point yaitu jaga jarak diri sendiri dengan orang lain," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.