Pada hari bertarung tiba, wisatawan akan melihat para petarung terbaik mewakili masing-masing desa.
Baca juga: Tarian Kolosal Sedamane Meriahkan Festival Literasi Nagekeo
Bukan sekadar bertinju, Etu hanya menggunakan satu tangan yang dibalut sarung tinju dari sabut kelapa
Jika kamu berpikir Tinju Etu sama seperti tinju pada umumnya, kamu akan dikejutkan ketika melihat pemandangan yang berbeda.
Tinju Etu memang tak seperti tinju pada umumnya. Para petarungnya hanya boleh menggunakan satu tangan yang dibalut sarung tinju terbuat dari sabut kelapa atau dalam bahasa setempat disebut Keppo atau Wholet.
Sarung tangan itu dililitkan ke tangan petarung. Tangan satunya tak dilindungi sarung tinju dan hanya boleh digunakan untuk menangkis serangan.
Tak ada batasan waktu, dan tetap ada wasit
Meski ada beberapa hal yang berbeda seperti tinju pada umumnya, Tinju Etu tetap menggunakan wasit, bahkan lebih dari satu.
Ada tiga wasit yang disebut seka dalam pertarungan. Para wasit itu dibantu 2 sike atau orang yang bertugas untuk mengendalikan petinju dengan cara memegang ujung bagian belakang sarung yang mereka kenakan.
Baca juga: Tradisi Etu, Uniknya Tinju Adat Pionir Pariwisata Nagekeo
Selain itu, wisatawan juga bisa melihat adanya petugas lain yaitu pai etu. Fungsinya adalah untuk mencari para petarung yang siap bertanding di partai berikutnya.
Ada pula mandor adat yang bertugas mengawasi penonton agar tak masuk ke arena pertarungan.
Tinju Etu juga bisa dilakukan oleh anak-anak atau biasa disebut etu coo. Etu coo biasa dimainkan pada hari pertama sedangkan etu meeze atau dewasa dilakukan pada hari berikutnya.
Pertarungan ini juga tidak dikenakan batas waktu.
Akhir pertandingan, petinju berpelukan
Ada yang menarik dalam atraksi Tinju Etu ini. Para petarung di akhir pertandingan saling berpelukan dan melambaikan tangan kepada penonton.
Hal itu yang melambangkan sikap atau simbol perdamaian, persaudaraan, dan persatuan. Selain itu, juga karena motif atau latar belakang penyelenggaraan tinju adat ini adalah murni bagian adat untuk mempersatukan masyarakat.
Selain bisa menonton tinju adat, para wisatawan juga bisa menyaksikan bagaimana para perempuan mengambil peran sebagai penyemangat petarung melalui lagu daerah yang mereka nyanyikan.
Baca juga: Indahnya Timor Tengah Selatan di NTT, Ini 5 Wisata Rekomendasi
Wisatawan juga bisa menikmati pertunjukan seni musik dan tari dari beragam sanggar seni tradisional Nagekeo pada malam sebelumnya.
Wisatawan bisa juga mendengarkan lantunan musik toda gu, yang merupakan musik khas daerah Nagekeo berupa alat terbuat dari bambu dan dimainkan secara bersamaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.