Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uniknya Etu, Tinju Adat yang Justru Mengakrabkan di Nagekeo, NTT

Kompas.com - 01/09/2020, 17:05 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kabupaten Nagekeo di Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah mengembangkan atraksi budaya yang bisa menjadi daya tarik pariwisata yaitu Tinju Etu.

Tinju Etu sendiri biasanya dilakukan kaum laki-laki masyarakat adat di Kabupaten Nagekeo dan Ngada, Flores, NTT.

Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do mengatakan, Tinju Etu ini bisa dilihat di 31 kampung adat dan dilakukan sepanjang bulan setiap tahunnya.

"Sehingga Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores menawarkan Etu ini sebagai pintu masuk Nagekeo. Etu sebagai pioneer pariwisata Nagekeo," kata dia.

Pernyataan itu Johanes sampaikan dalam webinar Tata Kelola Pariwisata Flores NTT Menuju Era Adaptasi Kebiasaan Baru yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jumat (28/8/2020).

Baca juga: Tradisi “Sepa Api” dari Nagekeo

Untuk menunjang atraksi tersebut sebagai daya tarik wisata, pihaknya bersama Dinas Pariwisata NTT tengah menata ulang semua sistem pendukung wisata.

Semua itu, seperti kerajinan, penerapan Sapta Pesona di Kampung Adat, penataan lingkungan, dan mengembangkan kamar di rumah penduduk yang layak sewa.

Kabupaten Nagekeo juga mendapat bantuan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), sehingga masyarakat adat, kamar-kamarnya bisa digunakan untuk menerima tamu.

Lalu seperti apa Tinju Adat atau Tinju Etu di Nagekeo?

Atraksi memperingati hari menanam hingga panen kebun

Tinju Etu merupakan sebuah atraksi budaya sebagai salah satu rangkaian acara adat untuk memeringati hari menanam hingga panen kebun.

Biasanya, tinju Etu dilakukan pada Bulan Juni dan Juli setiap tahunnya. Selain itu, Tinju Etu juga merupakan bagian integral dalam rangkaian adat Nagekeo dan Ngada yang sudah berlangsung berabad-abad.

Musik bambu memberikan semangat kepada para petarung Etu dalam tradisi Etu di Kampung Lembah Wulu, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo, NTT, Minggu, (1/3/2020). (HANDOUT/HUMAS PEMDA NAGEKEO)KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Musik bambu memberikan semangat kepada para petarung Etu dalam tradisi Etu di Kampung Lembah Wulu, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo, NTT, Minggu, (1/3/2020). (HANDOUT/HUMAS PEMDA NAGEKEO)

Tinju Etu juga merupakan bagian dari ritual adat lainnya yang wajib dilaksanakan di tempat tertentu, yaitu Kisa Nata atau alun-alun dan rumah adat atau sa'o waja.

Kedua tempat itu merupakan pusat dari aktivitas adat dan kebudayaan masyarakat Nagekeo dan Ngada.

Wisatawan bisa mengikuti rangkaian atraksi budaya itu, bahkan sejak sehari sebelumnya. Ada serangkaian acara menarik yang diselenggarakan, seperti pertunjukkan seni musik dan tari dero.

Pada hari bertarung tiba, wisatawan akan melihat para petarung terbaik mewakili masing-masing desa.

Baca juga: Tarian Kolosal Sedamane Meriahkan Festival Literasi Nagekeo

Bukan sekadar bertinju, Etu hanya menggunakan satu tangan yang dibalut sarung tinju dari sabut kelapa

Jika kamu berpikir Tinju Etu sama seperti tinju pada umumnya, kamu akan dikejutkan ketika melihat pemandangan yang berbeda.

Tinju Etu memang tak seperti tinju pada umumnya. Para petarungnya hanya boleh menggunakan satu tangan yang dibalut sarung tinju terbuat dari sabut kelapa atau dalam bahasa setempat disebut Keppo atau Wholet.

Dua Teke Mere atau Pemangku adat, Paulinus Poso dan Adam Jago memperagakan Etu atau tinju adat di Kampung Wulu Nua Puu, Desa Wuliwalo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Rabu (27/2/2019). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Dua Teke Mere atau Pemangku adat, Paulinus Poso dan Adam Jago memperagakan Etu atau tinju adat di Kampung Wulu Nua Puu, Desa Wuliwalo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Rabu (27/2/2019).

Sarung tangan itu dililitkan ke tangan petarung. Tangan satunya tak dilindungi sarung tinju dan hanya boleh digunakan untuk menangkis serangan.

Tak ada batasan waktu, dan tetap ada wasit

Meski ada beberapa hal yang berbeda seperti tinju pada umumnya, Tinju Etu tetap menggunakan wasit, bahkan lebih dari satu.

Ada tiga wasit yang disebut seka dalam pertarungan. Para wasit itu dibantu 2 sike atau orang yang bertugas untuk mengendalikan petinju dengan cara memegang ujung bagian belakang sarung yang mereka kenakan.

Baca juga: Tradisi Etu, Uniknya Tinju Adat Pionir Pariwisata Nagekeo

Selain itu, wisatawan juga bisa melihat adanya petugas lain yaitu pai etu. Fungsinya adalah untuk mencari para petarung yang siap bertanding di partai berikutnya.

Ada pula mandor adat yang bertugas mengawasi penonton agar tak masuk ke arena pertarungan.

Tinju Etu juga bisa dilakukan oleh anak-anak atau biasa disebut etu coo. Etu coo biasa dimainkan pada hari pertama sedangkan etu meeze atau dewasa dilakukan pada hari berikutnya.

Pertarungan ini juga tidak dikenakan batas waktu.

Kampung adat Wulu merupakan pindahan dari Kampung adat Wulu Nua Puu, Desa Wuliwalo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Rabu (27/2/2019) sebagai pusat tradisi Etu atau tinju adat di Kabupaten Nagekeo dan Ngada.  KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Kampung adat Wulu merupakan pindahan dari Kampung adat Wulu Nua Puu, Desa Wuliwalo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Rabu (27/2/2019) sebagai pusat tradisi Etu atau tinju adat di Kabupaten Nagekeo dan Ngada.

Akhir pertandingan, petinju berpelukan

Ada yang menarik dalam atraksi Tinju Etu ini. Para petarung di akhir pertandingan saling berpelukan dan melambaikan tangan kepada penonton.

Hal itu yang melambangkan sikap atau simbol perdamaian, persaudaraan, dan persatuan. Selain itu, juga karena motif atau latar belakang penyelenggaraan tinju adat ini adalah murni bagian adat untuk mempersatukan masyarakat.

Selain bisa menonton tinju adat, para wisatawan juga bisa menyaksikan bagaimana para perempuan mengambil peran sebagai penyemangat petarung melalui lagu daerah yang mereka nyanyikan.

Baca juga: Indahnya Timor Tengah Selatan di NTT, Ini 5 Wisata Rekomendasi

Wisatawan juga bisa menikmati pertunjukan seni musik dan tari dari beragam sanggar seni tradisional Nagekeo pada malam sebelumnya.

Wisatawan bisa juga mendengarkan lantunan musik toda gu, yang merupakan musik khas daerah Nagekeo berupa alat terbuat dari bambu dan dimainkan secara bersamaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com