LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Penerapan registrasi online bagi wisatawan ke Taman Nasional (TN) Komodo terkait beberapa hal, salah satunya carrying capacity untuk pengelolaan destinasi premium.
Selain itu, registrasi online ke TN Komodo juga dianggap bagian dari penerapan sistem keamanan dan keselamatan.
Lebih lanjut, dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (14/9/2020), registrasi online bertujuan agar kelestarian TN Komodo terjaga sebagai wilayah konservasi nasional.
Plus, tanpa menghilangkan kesempatan bagi wisatawan untuk tetap berkunjung dengan rasa aman dan nyaman.
Baca juga: Wisatawan ke Pulau Komodo Dibatasi, Maksimal 50.000 Orang per Tahun
Juru Bicara Balai TN Komodo, Muhammad Iqbal Putera, mengatakan, TN Komodo sebagai destinasi ekowisata kelas dunia erat kaitannya dengan carrying capacity.
Terlebih, ekowisata bukanlah mass tourism, sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung perlu diatur atau tidak bisa dalam jumlah yang banyak dalam satu waktu.
"Sistem ini sangat erat kaitannya dengan keadaan Covid-19 saat ini, sehingga pemantauan kesehatan dan pengawasan terhadap wisatawan itu bisa difungsikan melalui registrasi online," kata Iqbal dalam sesi "Travel Dialogue" dalam acara FamTrip Media yang diselenggarakan BOPLBF, Sabtu (12/9/2020).
"Jadi tidak hanya bermanfaat bagi ekosistem, tapi juga keselamatan petugas dan stakeholders terkait," lanjutnya.
Baca juga: Aturan Baru Liburan ke Taman Nasional Komodo, Simak Lengkapnya
Sistem registrasi online sejauh ini sudah diterapkan di TN Komodo sejak September 2019 di dua lokasi, yakni Batu Bolong dan Karang Makassar.
Kemudian terus berkembang hingga saat ini untuk diterapkan di tujuh titik wisata di TN Komodo.
Berdasarkan kajian yang dilakukan pada 2018, ditetapkan carrying capacity terhadap sejumlah lokasi di TN Komodo yang masuk dalam zona hijau (diperuntukkan untuk wisata) tersebut.
Adapun lokasi yang dimaksud yakni Loh Liang maksimal 250 orang, Loh Buaya 150 orang, dan Pulau Padar 60 orang.
Sementara untuk lokasi perairan Karang Makassar 32 kapal, Batu Bolong delapan kapal, Siaba Besar, dan Pulau Mawan 20 kapal per hari.
"Tapi kajian itu perlu diperbaharui setiap dua tahun sekali. Dan karena angka itu berdasarkan kajian pada 2018, akan dibuat kajian terbaru untuk mendapatkan angka baru," kata Iqbal.
Baca juga: Masuk Pembukaan Fase Kedua, Ini 5 Panduan Wisata ke Labuan Bajo dan TN Komodo
Saat ini, seiring proses penyempurnaan, registrasi yang dilakukan masih bisa dilakukan secara online dan offline.
Jika calon wisatawan memang sudah memiliki data persyaratan yang cukup, disarankan melakukan registrasi secara online yang dapat difasilitasi oleh travel agent di Manggarai Barat.
"Penerapan registrasi online secara ideal ini akan dilakukan ketika semua pihak sudah familiar dengan sistem ini," kata Iqbal.
"Semoga bisa segera dilakukan, karena concern kita adalah peningkatan kembali kunjungan wisatawan dari luar negeri dan sebelum itu terjadi internal kita harus siap dulu," lanjutnya.
Baca juga: Panduan Daftar Online Wisata ke TN Komodo dan Labuan Bajo
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat, Agustinus Rinus, menjelaskan, sistem registrasi online ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas agen-agen perjalanan di Manggarai Barat.
Selama ini masih banyak agen perjalanan dari luar Manggarai Barat yang mendapatkan manfaat dari pariwisata Labuan Bajo namun tidak memberikan kontribusi pada daerah.
Berdasarkan data 2019, kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo mencapai 187.128 dengan 55,9 persen di antaranya wisatawan mancanegara.
Angka itu meningkat 875 persen dari tahun 2010 dengan lama tinggal rata-rata 6,9 hari dan jumlah pengeluaran 978 dolar AS.
Kontribusi pariwisata terhadap PAD Manggarai Barat di 2019 mencapai Rp 40,605 miliar, meningkat 2.674 persen dari Rp 2,37 miliar di tahun 2010.
"Calon wisatawan dapat melakukan registrasi dengan agen perjalanan atau tour operator yang harus terdaftar di Manggarai Barat. Daftarnya dapat dilihat di situs registration.labuanbajoflores.id," kata dia.
Baca juga: Panduan Cara Daftar Online ke Labuan Bajo dan TN Komodo
Lebih jauh Direktur Utama BOPLBF, Shana Fatina, menjelaskan, registrasi online ini juga akan mendukung penguatan safety and security yang menjadi faktor penting dalam dunia pariwisata juga ekonomi kreatif terutama di era adaptasi kebiasaan baru.
Registrasi online, dengan wilayah konservasi dari TN Komodo sebagai dasar, nantinya sebagai wujud pembangunan sistem digital pariwisata terpadu yang terintegrasi dalam satu big data.
Menurut Shana, sistem digital pariwisata ini diharapkan akan menjadi rumah bagi pariwisata Flores dan NTT secara keseluruhan.
Sistem ini dimaksudkan selain untuk mendata identitas para pengunjung yang datang dan mentracing riwayat perjalanan para pengunjung, juga memperkuat penerapan tatanan normal baru di sektor pariwisata.
Baca juga: Panduan dan Kisaran Biaya Traveling ala Backpacker ke Labuan Bajo
Shana menjelaskan, dengan sistem registrasi online, ketika ada keadaan darurat, maka bisa ditangani cepat.
"Dulu kalau ada kecelakaan kapal, atau kecelakaan diving kita kesulitan mencari tahu siapa operatornya mereka laporannya kemana," kata Shana.
"Dengan sistem registrasi online ini dan dikombinasikan dengan konsep panic button dari Kemenparekraf akan lebih mudah orang memberi sinyal saat kondisi darurat dan akan langsung terhubung ke instansi yang terkait," lanjutnya.
Simulasi terhadap kondisi darurat tersebut awalnya akan disimulasikan di April 2020, tetapi tertunda akibat kondisi pandemi Covid-19.
Baca juga: Bakal Ada Wisata Tematik di Labuan Bajo, Seperti Apa
Namun Shana menegaskan, pihaknya bersama pihak-pihak terkait telah menyusun action plan untuk di lapangan dan dalam waktu dekat akan mengaplikasikan modul pertama di lapangan dengan pengoperasian command center dan bertahap dengan berbagai fasilitas pendukung pada tahun depan.
"Kami akan pasang CCTV di titik keramaian dan ditargetkan selesai sebelum G20 di akhir 2022 dengan standar internasional," kata Shana.
Pihaknya juga akan terus berupaya meningkatkan kapasitas SDM dalam membangun pola pikir pariwisata dengan melibatkan berbagai pihak terkait.
Termasuk bersama Dinas Pendidikan Provinsi NTT untuk memasukkan muatan lokal tentang konservasi dan pariwisata di sekolah-sekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.