Sebab, apa yang terjadi secara langsung dirasa sulit direplikasi secara online, terlebih soal interaksi pihak yang terlibat.
“Untuk menduplikasi apa yang ada secara langsung jadi ada di (kegiatan) online, industri MICE harus mengerti esensi MICE. Ini digabungkan ke online, sepertinya harus adaptasi,” ucapnya.
Harus depankan interaksi
Bagi pelaku MICE yang hendak menyelenggarakan kegiatan secara virtual dengan teknologi canggih, Leonard mengatakan bahwa yang harus diinovasikan adalah interaksi pihak yang terlibat.
“Kalau desain industri MICE 2021 seperti ingin menciptakan aplikasi, itu harus desain User Interface (UI) dan User Experience (UX) bagaimana,” tuturnya.
Apabila platform yang digunakan mengarah pada konsep gamifikasi, dia yakin orang-orang B2B kemungkinan bisa tidak akan berminat.
Baca juga: 2 Destinasi MICE Favorit di Indonesia
Hal ini karena jika kegiatan MICE dilakukan secara langsung, mereka datang ke pameran untuk melakukan bisnis.
“Saya percaya pameran virtual 2021 atau pasca-pandemi bukan soal tiga dimensi, tapi bagaimana kita mendesain interaksi,” ujar Leonard.
“Jangan bikin sesuatu yang tidak realistis. Interaksi harus asli, pembicaraan harus asli. Kita mau pertemukan supply dan demand,” sambungnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.