Di bulan November 2020, pejabat Qantas Alan Joyce mengatakan pada Nine Network bahwa nantinya penumpang harus memberikan bukti bahwa mereka sudah divaksinasi sebelum naik ke pesawat.
Seperti dilansir Travel Off Path, International Air Transport Association (IATA) baru-baru ini juga bekerja sama dengan maskapai penerbangan Emirates dan Etihad Airways untuk menguji coba aplikasi Travel Pass mereka di beberapa penerbangan terpilih.
Aplikasi Travel App memungkinkan pelaku perjalanan untuk membuat "paspor digital". Mereka bisa mengunggah bukti hasil tes negatif Covid-19 dan vaksinasi, membagikan informasi tersebut langsung dengan maskapai penerbangan.
Baca juga: Epidemiolog: Setelah Vaksin Jangan Langsung Liburan
Beberapa maskapai penerbangan lain, seperti Cathay Pacific, Swiss Airlines, dan United Airlines telah bekerja sama dengan sebuah perusahaan untuk membuat aplikasi CommonPass yang mirip dengan Travel Pass.
Pengguna aplikasi tersebut bisa mengunggah hasil tes dan bukti vaksinasi Covid-19. Perusahaan teknologi IBM juga ikut terlibat dalam aksi ini. Mereka membuat aplikasi yang mencatat hasil tes serta vaksinasi yang disebut Digital Health Pass.
Namun, beberapa ahli menunjukkan beberapa rintangan terkait paspor kesehatan ini. Termasuk soal beberapa vaksin berbeda yang memiliki tingkat efikasi yang juga berbeda.
Lalu juga perihal berapa lama imunitas akan betahan, dan apakah orang yang sudah divaksinasi masih tetap bisa menyebarkan virus ke orang lain. Maka dari itu tak semua badan pariwisata mendukung ide soal sertifikat vaksin tersebut.
World Travel and Tourism Council (WTTC) menyebut langkah tersebut diskriminatif.
“Kita sedang ada di tahap sangat awal terkait distribusi vaksin. Jika vaksin diwajibkan, itu artinya akan banyak sekali orang yang tidak bisa terbang. Bahkan jika mereka bebas dari Covid-19,” kata juru bicara WTTC.
Ia melanjutkan, jauh lebih baik untuk memiliki skema tes-dan-pelepasan di mana para pelaku perjalanan harus melakukan tes sebelum perjalanan untuk membuktikan mereka bebas bebas Covid-19
Menurut dia, kurangnya koordinasi internasional terhadap keamanan terkait Covid-19 adalah halangan terbesar untuk memulai kembali industri pariwisata dan meningkatkan kepercayaan konsumen.
Baca juga: Negara Ini Izinkan Turis yang Sudah Vaksin Covid-19 untuk Liburan
Adapun, tahun 2020 merupakan tahun terburuk yang tercatat dalam sejarah pariwisata. WTO memprediksi kedatangan turis internasional di tahun 2020 turun 70-75 persen, atau satu juta lebih sedikit dari sebelumnya.
Hal tersebut berakibat pada kehilangan ekonomi sekitar 2 juta triliun dolar Amerika terhadap Gross Domestic Product (GDP) dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.