Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PAREKRAF

Bangga, Indonesia Jadi Inisiator Tahun Internasional Ekonomi Kreatif Dunia

Kompas.com - 06/04/2021, 16:01 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Indonesia menjadi inisiator untuk mendorong kebangkitan sektor ekonomi kreatif dunia. Tahun ini pun menjadi momen yang penting sekaligus menantang bagi sektor ekonomi kreatif Indonesia.

Pasalnya, 2021 telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai Tahun Internasional Ekonomi Kreatif melalui Resolusi Umum PBB N0 74/198. Paling membanggakan, Indonesia memprakarsai resolusi PBB mengenai kemajuan ekonomi kreatif dunia tersebut.

Penetapan itu disampaikan dalam pertemuan Friends of Creative Economy (FCE) pada Rabu (11/11/2020). Indonesia pun diharapkan mampu mendorong implementasi Tahun Internasional Ekonomi Kreatif Dunia 2021 secara efektif, baik bagi pemulihan sektor ekonomi kreatif maupun ekonomi dunia.

Dalam pertemuan FCE yang berlangsung pada 11-12 November 2020, Indonesia diwakili oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) yang berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Baca juga: Kembangkan Ekonomi Kreatif Kota Semarang, Wali Kota Hendi Lirik Industri Film

Acara tersebut dilangsungkan secara hybrid, yakni kombinasi antara pertemuan virtual dan fisik.

Sebagai informasi, pertemuan FCE pertama kali diadakan pada 6 November 2018, sebelum digelarnya World Conference on Creative Economy (WCCE).

Dalam pertemuan FCE 2020, topik bahasan forum merujuk pada persiapan pelaksanaan Tahun Internasional Ekonomi Kreatif 2021. Acara ini dihadiri perwakilan dari 55 negara dan 8 organisasi internasional.

Pesertanya pun terdiri dari beragam latar belakang, mulai dari pelaku ekonomi kreatif, pemerintahan, organisasi internasional, hingga akademisi.

Baca juga: Sandiaga Prioritaskan 34 Juta Pelaku Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk Vaksinasi

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia mengusulkan tema “Inclusively Creative: A Global Recovery”. Tema ini dipilih mengingat ekonomi kreatif memiliki potensi besar terhadap pemulihan ekonomi global.

Dalam pembukaan pertemuan FCE 2020, Wakil Menteri Parekraf (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menjelaskan arti kata inklusivitas dalam tema yang diusulkan.

“Kata inklusivitas berasal dari keyakinan bahwa melalui pemberian kesempatan yang sama tanpa memandang latar belakang, ekonomi kreatif akan menjembatani kekompakkan antarmasyarakat,” ujar Angela dalam rilis resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (6/4/2021).

Nama besar Indonesia tercipta berkat upaya menyeluruh pelaku ekonomi kreatif pada tahun-tahun sebelumnya.SHUTTERSTOCK/ADI DHARMAWAN Nama besar Indonesia tercipta berkat upaya menyeluruh pelaku ekonomi kreatif pada tahun-tahun sebelumnya.

Perkembangan ekonomi kreatif

Cerahnya nama Indonesia pada sektor ekonomi kreatif dunia tidak lahir dari proses yang singkat. Nama besar Indonesia tercipta berkat upaya menyeluruh pelaku ekonomi kreatif pada tahun-tahun sebelumnya.

Tidak heran, saat ini Indonesia dianggap sebagai pelopor revolusi industri kreatif dunia. Hal itu dapat dibuktikan dari perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia yang terus meningkat secara signifikan setiap tahunnya.

Menurut data laporan OPUS Ekonomi Kreatif 2020, kontribusi subsektor ekonomi kreatif pada produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai Rp 1.211 triliun. Mengutip Kompas.id, angka tersebut meningkat dari 2017 yang hanya meraih Rp 1.000 triliun dan 2018 sebesar Rp 1.105 triliun.

Baca juga: Tenaga Kerja Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hendak Divaksinasi Covid-19, Cek Link Pendaftarannya

Torehan angka tersebut membawa Indonesia menduduki posisi ketiga terbesar di dunia dalam konteks kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB. Sementara itu, dua posisi teratas ditempati oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Meski menempati posisi ketiga, Indonesia justru lebih unggul dari Amerika Serikat dari segi serapan tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif.

Menurut laman Good News From Indonesia, sektor ekonomi kreatif Indonesia mampu menyerap hingga 17 juta tenaga kerja pada 2019.

Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat yang hanya memiliki 4,7 juta pekerja pada sektor ekonomi kreatif. Maka, sudah sepantasnya jika Indonesia menjadi inisiator Tahun Internasional Ekonomi Kreatif Dunia.

Subsektor unggulan

Dalam upaya mendapatkan hasil terbaik, terutama dalam hal pendapatan, pemerintah fokus pada pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

Berdasarkan Laporan Kinerja Badan Ekonomi Kreatif 2019, pengembangan tersebut berfokus pada subsektor unggulan dan subsektor prioritas dari 17 subsektor ekonomi kreatif.

Subsektor unggulan ekonomi kreatif merujuk pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar pada PDB nasional, seperti kriya, kuliner, dan fesyen.

Baca juga: Hak Kekayaan Intelektual Kunci Gerakkan Ekonomi Kreatif

Sedangkan sektor prioritas adalah subsektor yang berperan sebagai penyokong sektor ekonomi kreatif lainnya. Sektor prioritas mencakup subsektor film, animasi, dan video; subsektor musik; serta subsektor aplikasi dan pengembang permainan.

Namun, untuk menjadi pionir ekonomi kreatif dunia, tidak cukup hanya dengan memberlakukan sistem subsektor prioritas dan unggulan saja, Kemenparekraf/Baparekraf pun tidak dapat berjalan sendiri.

Perlu kolaborasi dengan seluruh elemen pentahelix, salah satunya masyarakat. Oleh karena itu, dukung selalu ekonomi kreatif dalam negeri dengan melalui gerakan #BanggaBuatanIndonesia dan #BeliKreatifLokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com