BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif

Menelusuri Kemolekan Wakatobi, mulai dari Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, hingga Binongko

Kompas.com - 13/10/2021, 13:03 WIB
Hotria Mariana,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Di sebelah tenggara Pulau Sulawesi, terdapat gugusan pulau yang begitu terkenal akan pesona alam bawah lautnya, yaitu Wakatobi.

Wakatobi sendiri merupakan akronim dari nama pulau penyusun, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Keempat pulau ini menjadi pulau terbesar di gugusan taman nasional tersebut.

Selain ikan dan hewan laut lain, Wakatobi juga menjadi rumah bagi ratusan jenis spesies terumbu karang warna-warni. Karena itu, perairan Wakatobi dijuluki sebagai kawasan karang penghalang (barrier reef) terbesar di Indonesia dan terbesar kedua di dunia setelah Great Barrier Reef yang berada di Australia.

Seluruh kekayaan bahari itu pula menjadikan Wakatobi ditasbihkan sebagai titik penyelaman terbaik di dunia.

Pesona Wakatobi tak hanya soal lautnya saja, tapi juga budaya dan jejak-jejak sejarah yang tertinggal. Khazanah ini membuat Wakatobi ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Bumi ke-8 di Indonesia oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2012.

Pada dasarnya, masing-masing pulau penyusun Kepulauan Wakatobi punya keunikan tersendiri. Simak ulasannya berikut.

Baca juga: 5 Itinerari Wajib Saat Pelesiran ke Wakatobi

Rumah suku Bajo di Pulau Wangi-Wangi.Shutterstock/Sony Herdiana Rumah suku Bajo di Pulau Wangi-Wangi.

Pulau Wangi-Wangi

Pulau Wangi-Wangi merupakan gerbang sekaligus ibu kota Kabupaten Wakatobi. Secara geografis, wilayah yang dijuluki Pulau Wanci oleh masyarakat setempat ini terbagi dalam 14 desa dan 6 kelurahan, serta memiliki 5 pulau.

Ada beragam pengalaman menarik yang ditawarkan Pulau Wangi-Wangi. Wisatawan dapat menyaksikan atraksi lumba-lumba di perairan Pulau Kapota yang berada di timur pulau. Kemudian, berwisata bahari di Pantai Sousu atau Pantai Waha yang terkenal akan pepohonan mirip cemara.

Pantai lain yang tak kalah unik adalah Moli'i Sahatu. Di pantai yang berada di Desa Patuno ini, wisatawan akan menemukan ratusan mata air tawar di antara sela bebatuan dan pasir pantai.

Selain punya pantai cantik, Pulau Wangi-Wangi juga memiliki beberapa telaga gua dengan kondisi air yang bersih dan jernih, serta suasana alam yang begitu asri. Sebut saja, Telaga Gua Topa di Kelurahan Mandati, Telaga Gua Kontamale di Kelurahan Wanci, dan Telaga Gua Tee Kosapi di Kelurahan Wanci.

Jika ingin suasana berbeda, cobalah kunjungi kawasan dataran tinggi Puncak Waginopo. Sesampainya di atas, wisatawan dapat menyaksikan pemandangan alam, areal perkebunan penduduk, hamparan laut, dan matahari terbenam.

Tidak hanya menawarkan kesenangan, singgah ke Pulau Wangi-Wangi juga akan memperkaya wawasan. Wisatawan bisa belajar budaya dan sejarah di Desa Adat Liya Togo.

Penduduk desa itu masih mempertahankan tradisi hidup di rumah panggung kayu. Kebiasaan ini ternyata mengakar sejak era Kerajaan Liya yang merupakan bagian dari Kesultanan Buton.
Di Desa Adat Liya Togo juga terdapat benteng dan masjid keraton yang merupakan peninggalan kerajaan tersebut.

Hal menarik lain saat berkunjung ke desa tersebut, wisatawan berkesempatan untuk belajar menenun kain dan menyiapkan makanan tradisional bersama penduduk lokal.

Baca juga: Mengenal Noken, Tas Tradisional Papua Warisan Budaya UNESCO yang Jadi Suvenir PON XX

Perajin tenun di Desa Pajam, Pulau Kaledupa.Pesona Indonesia Perajin tenun di Desa Pajam, Pulau Kaledupa.

Pulau Kaledupa

Sebagian besar Pulau Kaledupa merupakan area konservasi mangrove atau bakau. Pasalnya, masyarakat setempat percaya bahwa tanaman ini merupakan pelindung dari badai, topan lautan, dan serbuan biota laut, seperti kepiting dan kerang.

Menurut Ketua Forum Kaledupa Toudani La Beloro, pelestarian mangrove sudah terjadi jauh sebelum Wakatobi ditetapkan sebagai kawasan taman nasional.

“Bahkan, sebelum Wakatobi resmi masuk dalam teritorial Indonesia,” katanya, seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (12/3/2020).

Ada beragam aktivitas menarik yang bisa wisatawan lakukan di Pulau Kaledupa. Salah satunya, belajar menenun di Desa Pajam.

Untuk diketahui, pembuatan tenun di desa tersebut masih menggunakan cara dan alat tradisional. Ada tiga tahapan yang mesti dilalui perajin dalam menghasilkan selembar kain.

Pertama, purunga yang merupakan proses menggulung benang. Tahapan selanjutnya adalah oluri, menggulung benang di atas papan. Terakhir, menenun. Seluruh tahapan ini menghabiskan waktu kurang lebih seminggu.

Kain tenun asal Desa Pajam sendiri memiliki ciri khas motif garis-garis berwarna. Biasanya, kain dengan pola ini dikhususkan untuk wanita. Sementara, tenun untuk pria bercorak kotak-kotak.

Selain terkenal sebagai kampung perajin tenun, desa yang terdiri dari dua kampung, yakni Palea dan Pajam, ini juga punya keistimewaan lain. Desa Pajam juga merupakan kampung pencak silat khas Wakatobi. Ilmu dan gerakan dalam olahraga ini diturunkan secara turun-temurun.

Untuk wisata bahari, wisatawan tak akan kesulitan menemukan pantai-pantai cantik di Pulau Kaledupa. Sebut saja, Pantai Sombano dan Pantai Peropa.

Selain itu, ada pula Pantai Hoga. Obyek wisata yang berjarak kurang lebih 15 menit menggunakan perahu dari Pulau Kaledupa ini merupakan pusat penelitian operasi Wallacea. Karena itu, suasana di sini terbilang lebih tenang dibandingkan pulau lainnya. Suara yang terdengar paling-paling berasal dari deru ombak dan semilir angin laut.

Jika ingin mengenal kehidupan suku Bajo, cobalah kunjungi desa air Bajo Sampela yang berada di lepas pantai Pulau Kaledupa.

Baca juga: Eksplorasi Misool, Surga Dunia di Timur Indonesia

Pemandangan Pulau Tomia dari udara.Shutterstock/IvetZlin Pemandangan Pulau Tomia dari udara.

Pulau Tomia

Secara otonomi, Pulau Tomia terdiri dari dua kecamatan, yaitu Tomia Timur yang berpusat di Usuku dan Tomia Induk yang berpusat di daerah Waha. Pulau yang berada di selatan Pulau Kaledupa ini juga memiliki 18 desa yang dihuni oleh masyarakat asal suku Bugis, Jawa, Bajo, dan Buton.

Pulau Tomia terbilang lebih kecil dibandingkan pulau-pulau lain di Kepulauan Wakatobi. Karena itu, berkeliling di sini hanya butuh waktu dua hingga tiga jam saja.

Secara topografi, daratan Pulau Tomia dihiasi dengan perbukitan, lembah, dan sabana. Berbagai situs bersejarah juga ada di sini. Contohnya, Benteng Patuha. Oleh masyarakat setempat, bangunan tersebut menjadi tempat perlindungan dari penjajah sekaligus pusat pemukiman warga.

Untuk wisata bahari, Tomia telah menjadi tempat menyelam yang terkenal selama lebih dari 10 tahun. Di sini, terdapat lebih dari 40 lokasi penyelaman yang telah diberi nama dan dipetakan sehingga mudah diakses wisatawan.

Salah satunya adalah Karang Roma yang dipenuhi gerombolan ikan warna-warni, termasuk trevally (kuwe) raksasa, ular laut, dan penyu, serta beragam jenis terumbu karang.
Bagi yang ingin bersantai menikmati suasana laut sambil berjemur, wisatawan bisa bertandang ke Pantai Huntete atau Pantai One Mobaa.

Jika berkunjung ke Pulau Tomia pada bulan Safar dalam penanggalan Islam, wisatawan berkesempatan untuk menyaksikan pesta adat Safara. Hajatan ini merupakan acara syukuran sekaligus ajang mempererat tali silaturahmi sesama warga.

Selain itu, Pulau Tomia juga punya tradisi Bose yang merupakan acara menghias perahu. Perahu-perahu yang telah dihias kemudian diisi dengan sajian makanan tradisional. Salah satunya, Liwo.

Perahu berisi penganan tadi berlayar mengelilingi pantai dari Dermaga Patipelong menuju Dermaga Usuku sampai ke Selat One Mobaa. Kegiatan ini semakin semarak dengan tetabuhan gendang. Pesta adat ini bertujuan agar semua dosa dapat hanyut bersama riaknya air laut.

Baca juga: Menyingkap Pesona Mandalika, Surga Tersembunyi di Pulau Lombok

Pulau Binongko menjadi rumah bagi banyak pandai besi.Indonesia Travel Pulau Binongko menjadi rumah bagi banyak pandai besi.

Pulau Binongko

Pulau Binongko terletak di ujung tenggara Kepulauan Wakatobi. Dari Wangi-Wangi, pulau yang menjadi rumah bagi banyak pandai besi ini dapat ditempuh dengan kapal kayu selama kurang lebih lima hingga enam jam.

Pada beberapa kesempatan, wisatawan yang berkunjung ke Pulau Binongko akan disambut dengan tarian tradisional setempat dan sajian musik gambus.

Setelah itu, wisatawan akan diajak berkeliling melihat besi dan baja diproses, mulai dari penempaan hingga pengasahan. Semua tahapan dilakukan secara tradisional. Meski demikian, pisau atau parang buatan perajin setempat dianggap sebagai produk terbaik di Indonesia.

Keindahan alam Binongko tidak perlu diragukan lagi. Pesona daratan pulau ini terbilang cukup menarik dengan kehadiran Bukit Koncu. Bagi pencinta hiking, obyek wisata ini bisa jadi pilihan tepat. Pasalnya, suasana di sini begitu sejuk dan alami.

Sebagai informasi, bukit tersebut juga merupakan situs bersejarah. Oleh warga Binongko, Bukit Koncu diyakini sebagai lokasi permukiman penduduk pertama di pulau tersebut.

Sementara, pesona bahari Pulau Binongko dapat ditemukan di Pantai Yoro, Pantai Palahidu, Pantai Pasir Panjang, dan Pantai Bela’a.

Itulah keindahan dan keunikan dari masing-masing pulau besar penyusun Kepulauan Wakatobi. Dengan segala pesona yang dimiliki, Wakatobi sangat pantas dimasukkan ke dalam destinasi wisata andalan #DiIndonesiaAja. Apalagi, begitu situasi pandemi Covid-19 sudah mereda.

Jika punya kesempatan ke Wakatobi, jangan lupa untuk selalu mematuhi protokol kesehatan (prokes) 6M yang berlaku.

Adapun prokes 6M terdiri dari memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, dan menghindari makan bersama.

Pastikan juga kamu sudah mengikuti program vaksinasi. Selain dapat melindungi diri dan orang terdekat dari Covid-19, vaksinasi juga menjadi syarat utama untuk bepergian di Indonesia.

Dalam upaya mempercepat pemulihan destinasi wisata di Wakatobi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) turut menerapkan protokol Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) pada program Wakatobi Rebound.

Melalui program itu, Kemenparekraf ingin membangun kembali kepercayaan masyarakat untuk menyambut wisatawan di masa adaptasi kebiasaan baru. Hal ini dinilai penting mengingat Wakatobi merupakan salah satu Destinasi Pariwisata Prioritas dengan daya tarik utama keindahan taman bawah laut yang sudah mendunia.

Baca juga: 5 Destinasi Super Prioritas Indonesia yang Wajib Dikunjungi Minimal Sekali Seumur Hidup

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno berharap, pemerintah kabupaten dan kota setempat dapat memperkuat program kolaborasi dengan berbagai pihak agar sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di sana semakin maju.

“Bentuk kolaborasi tersebut dapat berupa pelaksanaan event-event yang mengedepankan tradisi dan budaya setempat. Selain itu, event-event tersebut juga harus dikemas dengan semenarik mungkin dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi para wisatawan yang berkunjung,” kata Sandi.

Selain cantik dari segi alam, Wakatobi juga kaya akan kerajinan ekonomi kreatif (ekraf) berkualitas, mulai dari kriya, fesyen, hingga kuliner.

Produk ekraf khas Wakatobi bisa dibeli secara daring melalui platform #BeliKreatifLokal milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) lewat tautan ini.

Sebagai informasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah menggelar program berhadiah Pesona Punya Kuis (PUKIS) dengan total hadiah senilai jutaan rupiah.

Adapun peserta yang ingin mengikuti kuis tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu menjawab satu pertanyaan yang diberikan melalui akun Instagram @pesonaid_travel dan tag tiga orang teman.


Terkini Lainnya

100 Juta Warga China Akan Berwisata pada 2024, Indonesia Akan Jemput Bola

100 Juta Warga China Akan Berwisata pada 2024, Indonesia Akan Jemput Bola

Travel Update
Sejarah Waduk Jatigede di Sumedang, Waduk Terbesar Kedua di Indonesia

Sejarah Waduk Jatigede di Sumedang, Waduk Terbesar Kedua di Indonesia

Jalan Jalan
Promo Fly Thru Indonesia Air Asia Jelang Lebaran 2024, Jakarta-Perth Mulai Rp 990.000 an

Promo Fly Thru Indonesia Air Asia Jelang Lebaran 2024, Jakarta-Perth Mulai Rp 990.000 an

Travel Update
Kepulauan Galapagos yang Punya Satwa Unik, Ada Kura-kura Raksasa

Kepulauan Galapagos yang Punya Satwa Unik, Ada Kura-kura Raksasa

Jalan Jalan
Khusus Agen Travel, Ada Diskon Tiket Kereta Api 30 Persen Saat Libur Lebaran 2024

Khusus Agen Travel, Ada Diskon Tiket Kereta Api 30 Persen Saat Libur Lebaran 2024

Travel Update
Jelang Mudik Lebaran 2024, KAI Waspadai Daerah Rawan Bencana

Jelang Mudik Lebaran 2024, KAI Waspadai Daerah Rawan Bencana

Travel Update
Tren 'Revenge Travel' Turun Drastis pada 2024

Tren "Revenge Travel" Turun Drastis pada 2024

Travel Update
5 Penginapan di Berastagi dengan Suasana Pegunungan

5 Penginapan di Berastagi dengan Suasana Pegunungan

Hotel Story
6 Negara Termurah untuk Dikunjungi Para Traveler

6 Negara Termurah untuk Dikunjungi Para Traveler

Jalan Jalan
Wahana dan Aktivitas Seru di Lembah Nirwana Kendal

Wahana dan Aktivitas Seru di Lembah Nirwana Kendal

Jalan Jalan
Dispar Bali Minta Wisatawan dan Agen Perjalanan Waspada Cuaca Ekstrem 

Dispar Bali Minta Wisatawan dan Agen Perjalanan Waspada Cuaca Ekstrem 

Travel Update
Lembah Nirwana Kendal: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Lembah Nirwana Kendal: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

Jalan Jalan
KAI Optimis Dorong 4,2 Juta Pergerakan ke Jakarta pada Libur Lebaran 2024

KAI Optimis Dorong 4,2 Juta Pergerakan ke Jakarta pada Libur Lebaran 2024

Travel Update
6 Tips Tidur di Pesawat Jarak Jauh, Pastikan Nyaman dan Nyenyak

6 Tips Tidur di Pesawat Jarak Jauh, Pastikan Nyaman dan Nyenyak

Travel Tips
Wisatawan Bisa Main Kano di Kali Sipon Tangerang Setiap Akhir Pekan

Wisatawan Bisa Main Kano di Kali Sipon Tangerang Setiap Akhir Pekan

Jalan Jalan
komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com