Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sasando, Identitas Masyarakat Rote yang Diklaim Sri Lanka

Kompas.com - 31/12/2021, 18:57 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa hari lalu, masyarakat Indonesia kembali dihebohkan dengan kabar diklaimnya alat musik Sasando sebagai milik negara Sri Lanka.

Menurut informasi, Sri Lanka mengajukan kepemilikan atas alat musik tradisional Pulau Rote ini, di World Intellectual Property Organization (WIPO).

Hal tersebut kemudian menuai kritik dan kecaman dari berbagai pihak.

Dosen Sastra Indonesia, Universitas Indonesia, Daniel Hariman Jacob, misalnya, menilai kelalaian pemerintah daerah sebagai penyebab "kecolongan" yang kembali terjadi. Sebelumnya, Songket juga ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Malaysia.

"Sasando ini kan asli Indonesia, benar-benar dari pohon lontar yang ada di NTT, pemerintah harus secepatnya mendaftarkan Sasando, jangan sampai kecolongan lagi karena ini identitas masyarakat NTT," tutur Daniel kepada Kompas.com, Kamis (30/12/2021).

Melansir Kompas.com, Selasa (28/12/2021), diberitakan bahwa saat ini pemerintah NTT sedang berupaya mengembalikan Sasando sebagai hak kekayaan intelektual masyarakat Rote Ndao.

Baca juga:

Sasando, identitas masyarakat Rote

Alat musik khas Rote, Nusa Tenggara Timur, sasando.Kompas.com/Silvita Agmasari Alat musik khas Rote, Nusa Tenggara Timur, sasando.

Sasando, atau Sasandu (Bahasa Rote), merupakan alat musik milik orang Rote yang telah menjadi identitas masyarakat di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Daniel mengatakan, kemungkinan ada kemiripan antara alat musik yang diklaim Sri Lanka dengan Sasando asli Indonesia.

Kendati demikian, Sasando yang terbuat dari daun lontar ini adalah alat musik yang dibuat oleh nenek moyang masyarakat NTT.

Terbuat dari pohon dan daun lontar, Sasando sangat menggambarkan alam Pulau Rote yang kaya akan tanaman ini.

"Kesenian menyesuaikan dengan alam tempat kesenian tersebut berasal, sehingga seni dan budaya akan sesuai dengan lingkungannya," jelas Daniel.

Ia menambahkan, masyarakat Pulau Rote menganggap pohon lontar yang menjadi bahan baku pembuatan Sasando sumber kehidupan mereka.

Dari pohon lontar, masyarakat Rote dapat menyadap nira yang menjadi bahan baku pembuatan tuak dan gula.

Bahkan, saat memanen nira, masyarakat Rote terlebih dahulu melakukan ritual dan berdoa, agar panen lontar dapat mereka gunakan dengan baik.

Baca juga:

Selain itu, daun lontar juga digunakan untuk membuat tikar, haik (penampung air atau nira yang berbentuk cekung), hingga atap bangunan.

Melimpahnya pohon lontar juga dimanfaatkan oleh nenek moyang masyarakat Rote untuk menciptakan alat musik Sasando yang mendunia.

Begitulah pentingnya keberadaan pohon lontar yang telah menyatu dalam diri masyarakat Rote.

Dengan begitu, bisa dikatakan bahwa Sasando benar-benar menjadi identitas kesenian warisan budaya masyarakat NTT.

"Pemerintah harus proaktif, bergerak cepat mendaftarkannya. Jangan sampai kita kehilangan identitas budaya ini, jangan sampai seniman-seniman Sasando hilang karena alat musik ini diklaim negara lain," tandas Daniel.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com