Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Embun Upas yang Muncul di Dieng dan Bagaimana Prosesnya?

Kompas.com - 05/01/2022, 14:14 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena embun upas kembali muncul di kawasan dataran tinggi, Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Jika biasanya terjadi pada puncak musim kemarau, yakni Juli-September, tahun ini embun upas sudah muncul pada Selasa (4/1/2022).

Melansir Kompas.com, informasi ini dibenarkan langsung oleh Kepala UPT Pariwisata Dieng Sri Utami.

"Betul (ada embun upas atau salju es tadi pagi), menjadi yang pertama di tahun ini,” ujar Sri Utami, Selasa (4/1/2022).

Bukan kali pertama sebab setahun yang lalu embun upas juga muncul di Dieng, tepatnya sekitar awal Mei 2021.

Baca juga:

Kerap disamakan dengan salju, lantas apa itu embun upas dan mengapa bisa terjadi?

Proses terjadinya embun upas

Candi Arjuna Dieng yang berselimut kabut di Pagi Hari.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Candi Arjuna Dieng yang berselimut kabut di Pagi Hari.

Mengutip laman BMKG, embun upas atau bun upas, menurut penduduk Dieng, adalah fenomena embun racun, terjadi ketika suhu menjadi sejuk, lalu turunlah embun-embun dingin yang membeku.

Embun ini akan menyelimuti seluruh tanaman kentang masyarakat di Dieng. Disebut "upas" karena efeknya bisa membuat tanaman kentang mati.

Adapun sejumlah faktor yang berperan atas pembentukan embun beku yang didahului oleh suhu dingin ekstrem di Dieng antara lain gerak semu matahari, intrusi suhu dingin, dan laju penurunan suhu terhadap ketinggian.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal menjelaskan, pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (Monsoon Dingin Australia).

Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia pun melewati perairan Samudra Indonesia, yang memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin.

Peristiwa inilah yang mengakibatkan suhu di beberapa wilayah Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.

Baca juga:

Fenomena Embun Upas di Dieng.https://pesona.travel Fenomena Embun Upas di Dieng.

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Kemudian, langit yang cenderung bersih dari awan (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar.

Kondisi tersebut membuat udara di dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.

Herizal juga menyebut fenomena ini merupakan hal yang normal terjadi setiap tahunnya.

Nah, rangkaian fenomena inilah yang dapat menyebabkan beberapa tempat di dataran tinggi atau wilayah pegunungan, berpotensi mengalami embun es (embun upas), yang disangka salju oleh sebagian orang.

Kapan munculnya embun upas?

Meski tidak tahu pasti kapan embun upas muncul, menurut seorang warga Dieng, fenomena ini biasanya ada di musim kemarau antara bulan Juni-Agustus.

Setelah mengetahui waktu yang tepat, jangan lupa mengenakan pakaian tebal dan perlengkapan yang memadai, ya, saat berkunjung ke sini!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com