Tari Saman adalah tarian tradisional dari dataran tinggi Gayo, Provinsi Aceh. Para penari duduk berjajar dengan rapat.
Mereka bertepuk tangan, menepuk dada, paha, dan lantai, serta menjentikkan jari, mengayunkan dan memutar tubuh serta kepala dengan kompak sesuai irama.
Para penari tersebut menggunakan kostum berwarna hitam dengan balutan kain warna-warni motif gayo.
Mereka menari dengan kompak diringi lagu berbahasa Gayo.
Baca juga: Tari Saman: Asal, Gerak dan Pola Lantai
Noken adalah tas tradisional asal Papua yang biasanya dibawa dengan menggunakan kepala. Bentuknya seperti jaring atau anyaman, berbahan dasar serat kayu.
Noken umumnya digunakan untuk membawa hasil perkebunan, tangkapan dari laut atau danau, barang belanjaan, dan lainnya.
Masyarakat Papua juga kerap menggunakan Noken pada untuk upacara perayaan tradisional atau diberikan sebagai simbol khas Papua.
Baca juga: Asal Usul Songket yang Masuk Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
Tiga tari tersebut meliputi tari sakral (wali), semi sakral (bebali), dan tari tradisional yang dapat dinikmati masyarakat luas (bebalihan).
Mengutip Kompas.com, Kamis (06/12/2015), tiga jenis tersebut tari tradisional Bali tersebut memiliki penggunaan yang berbeda.
Tari wali adalah tarian sakral yang digunakan untuk upacara keagamaan. Meliputi, tari Rejang, tari Sanghyang Dedari, dan tari Baris Upacara.
Sedangkan, tari bebali merupakan tarian tradisional semi sakral biasanya digunakan untuk pelengkap atau pengiring keagamaan. Meliputi, tari Putu, tari Topeng, drama tari Gambuh, dan drama tari Wayang Wong.
Jenis terakhir, yakni tari bebalihan atau balih-balihan adalah jenis tarian untuk hiburan yang biasa disajikan untuk wisatawan. Tarian ini biasa ditampilkan pada acara-acara misalnya di hotel atau tempat-tempat wisata yang menyajikan tarian bebalihan.
Antara lain, tari Legong Keraton, tari Joged Bumbung, dan tari Barong Ket 'Kuntisraya'.
Baca juga: Ini 9 Tari Bali yang Ditetapkan UNESCO Jadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda