Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramadhan di Skotlandia, WNI Ceritakan Sulitnya Cari Makanan Halal

Kompas.com - 12/04/2022, 13:31 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puasa Ramadhan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan seluruh umat Islam di seluruh dunia, termasuk mereka yang tengah berada di negara dengan mayoritas penduduk non-muslim.

Cerita Ramadan kali ini datang dari seorang pelajar S2 yang sedang menempuh pendidikannya di University of Glasgow, Skotlandia. Namanya Muhammad Dhiya Ulhaq, disapa Ulhaq. Ini adalah ramadan pertama Ulhaq jauh dari keluarga.

Mahasiswa S2 program studi Tourism Heritage and Sustainability ini awalnya merasa waswas. Sebab, durasi puasa di Skotlandia cukup lama dibanding di Tanah Air.

Baca juga: 30 Ucapan Selamat Berbuka Puasa dalam Bahasa Inggris dan Artinya

"Pada awalnya rasa waswas karena panjang puasanya, dari pukul 04.00 subuh sampai pukul 20.30," kata Ulhaq kepada Kompas.com, Minggu (10/4/2022).

Bahkan di sepuluh hari Ramadan terakhir, sambung dia, azan subuh akan berkumandang pukul 02.00 dini hari dan waktu berbuka puasa mundur hingga pukul 22.00 waktu setempat.

Namun, kekhawatiran akan lamanya puasa justru tidak ia rasakan. Suhu kota Glasgow yang dingin lantas mampu meredam rasa haus yang muncul, hingga waktu berbuka tiba.

Menurut Ulhaq, puasa di Indonesia lebih menguras tenaga secara fisik, meskipun durasinya lebih singkat.

Shalat tarawih di Glasgow

Di lain sisi, shalat Tarawih yang dilakukan di Glasgow ternyata hampir serupa dengan salat Tarawih di Indonesia.

"Hampir sama seperti di Indonesia, tetapi tidak pakai ceramah, langsung saja dan tarawih di sini rata-rata 8 rakaat dan 3 witir juga," tuturnya.

Sedangkan untuk waktunya, Tarawih di Glasgow baru mulai pukul 22.15, dan pukul 23.15 di 10 hari terakhir Bulan Ramadhan.

Sejumlah mahasiswa berkumpul di kota Glasgowdokumentasi Muhammad Dhiya Ulhaq Sejumlah mahasiswa berkumpul di kota Glasgow

Oleh karena itu, 10 hari jelang Ramadan berakhir, Ulhaq menyebut, dirinya akan sahur sekitar pukul 01.00 dini hari dan berpuasa seharian, lalu berbuka pukul 22.00 waktu setempat.

Saat ditanya kendala atau tantangan yang paling terasa, mahasiswa University of Glasgow ini merasa waktu untuk makan, baik sahur maupun berbuka, cenderung sangat singkat dibanding saat dirinya berada di Tanah Air.

Tidak ada penabuh gendang membangunkan sahur

Meski tempat tinggalnya cukup dekat dengan masjid (Masjid Da'watul Islam UK), suara membangunkan sahur seperti yang akrab didengar masyarakat Indonesia tidak ada sama sekali.

Begitu pula dengan azan magrhib. Sebab, peraturan setempat melarang penggunaan mikrofon untuk azan.

Sulitnya mencari makanan halal

Kesulitan mencari makanan halal di Skotlandia, rupanya menjadi tantangan lain yang mendera selama bulan Ramadhan.

Tak hanya dari segi haram atau halalnya saja. Sisi pengolahan makanan juga harus sesuai dengan kaidah-kaidah Islam, termasuk cara menyembelih hewan.

Ilustrasi Chicken Tehari khas Bangladeshshutterstock/Nostalgic_Arif Ilustrasi Chicken Tehari khas Bangladesh

"Untuk dapat menghindarkan diri dari mengonsumsi makanan haram,  proses pengolahan makanan perlu diperhatikan. Unggas (ayam dan burung) yang tidak disembelih menurut aturan Islam atau diolah menggunakan alat masak yang sama dengan daging babi, maka tetap tidak halal dan termasuk kontaminasi silang," kata Ulhaq.

Berdasarkan pengamatan Ulhaq, ada banyak sekali restoran di Glasgow yang menyajikan hidangan dari daging ayam dan sapi. Namun, ia tidak mengetahui apakah itu halal atau tidak.

Menurutnya, hal-hal seperti itulah yang membuat umat Islam di Skotlandia kesulitan mencari makanan halal, sehingga memasak dan buka bersama di masjid menjadi opsi terbaik saat ini.

Baca juga: Mau Liburan ke Inggris, Kini Harus Ajukan Visa Lebih Awal

Banyak pelajar Muslim yang berasal dari India, Pakistan, Bangladesh (Asia Selatan) dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Chicken Tehari adalah salah satu hidangan wajib di berbagai masjid di kota Glasgow.

Masakan tradisional Bangladesh ini merupakan ayam yang dimasak bersama bumbu rempah seperti daun salam, garam masala, cabai hijau, kapulaga, cengkeh, kayu manis, dan bawang bombay. Kemudian disajikan bersama nasi khas Bangladesh.

Sebagai penutup, untuk mengurangi rasa rindu akan rumah, Ulhaq beserta teman-teman PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di UK terkadang mengadakan acara buka bersama untuk mempererat keakraban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com