MENURUT World Travel and Tourism Council (2020) keberhasilan kebangkitan industri pariwisata pasca-pandemi Covid-19 membutuhkan penyelarasan empat pilar penting yaitu kesehatan, keberlanjutan, keamanan, dan teknologi. Inovasi virtual reality (VR) pariwisata merupakan jawaban atas kekhawatiran wisatawan untuk berkunjung dan berlibur dengan aman selama masa pandemi dan pasca-pandemi.
Pembatasan perjalanan saat pandemi memantik lahirnya inovasi wisata metaverse sebagai ikhtiar pemulihan sektor pariwisata pasca-pandemi, terutama untuk menekan fenomena overtourism. Berdasarkan laporan Statista, sektor pariwisata dunia kehilangan 100,8 juta lapangan kerja tahun 2020. Asia Pasifik merupakan kawasan wisata paling terdampak akibat pandemi yang harus kehilangan 63,4 juta lapangan pekerjaan.
Baca juga: Kebun Raya Bogor Perkenalkan Tur Wisata Virtual
World Tourism Organization (UN-WTO) memperkirakan bahwa industri pariwisata kehilangan 320 miliar dolar AS hanya dalam lima bulan antara Januari hingga Mei 2020. Kondisi tersebut menggambarkan betapa besar beban pemulihan yang harus ditempuh. Perlu terobosan dan inovasi untuk memacu kembali pertumbuhan sektor pariwisata.
Hadirnya wisata metaverse menjadi solusi untuk keberlanjutan sektor pariwisata yang sangat terpukul akibat pandemi, termasuk sektor wisata halal. Bahkan kini, indahnya ka’bah dan Masjidil Haram bisa dinikmati melalui virtual reality (VR) yang bernama Virtual Black Stone Initiative yang diluncurkan akhir Desember 2021.
Ka'bah metaverse memungkinkan umat Islam merasakan pengalaman mengunjungi Hajr Aswad secara virtual sebelum berziarah ke Mekkah. Aktivitas virtual itu tidak bisa dianggap sebagai ibadah haji sesungguhnya lantaran tidak adanya ibadah secara fisik. Kunjungan itu merupakan bentuk wisata ziarah yang disajikan dalam metaverse, sehingga wisatawan dapat mengunjungi situs-situs bersejarah tanpa perlu berkunjung secara fisik.
Tak hanya itu, teknologi metaverse mampu membangun kembali bangunan cagar budaya yang hilang dan rusak. Seorang peneliti Islamic Antiquities Registration Center (IARC) berhasil membangun kembali Masjid Badr El-Din di daerah Al-Sayeda Aisha di Kairo yang hancur total akibat gempa tahun 1992 dan hanya menyisakan dua menara. Kompleks Masjid Al Aqsa Al Sharif juga mampu dibangun dalam teknologi VR.
Baca juga: Wisata Halal Indonesia Bisa Jadi yang Terbaik di Dunia
Teknologi metaverse menghadirkan peluang wisata halal virtual Indonesia yang memiliki banyak situs bersejarah. Dalam laporan Global Muslim Travel Index 2021, Indonesia menempati peringkat ke-4 dari 140 negara. Malaysia merebut posisi 1 karena sukses mengembangkan wisata ziarah dengan destinasi berbasis islamic heritage dan bukan mengandalkan wisata alam.
Potensi wisata ziarah Indonesia juga sangat besar. Dalam laporan World Economic Forum, Indonesia menduduki peringkat ke-39 untuk warisan cagar budaya dan peringkat ke-17 untuk keanekaragaman hayati dari 139 negara. Banyak situs peninggalan Islam di Indonesia yang bisa dibangun kembali dalam format metaverse, seperti istana kerajaan Islam, makam, masjid, pesantren, sastra, dan perayaan keagamaan.
Teknologi VR akan sangat membantu promosi situs wisata sejarah Islam di Indonesia. Pengalaman berwisata secara virtual memungkinkan siapapun untuk melihat objek wisata secara detail dengan akses yang sangat mudah, terutama untuk akses ke bangunan-bangunan tinggi yang sulit dijangkau. Dalam dunia metaverse wisatawan bisa bergerak dan terbang ke semua arah dan bisa berputar secara horizontal maupun vertikal.
Selain itu, berjelajah menggunakan VR dapat membantu kita mempelajari lokasi wisata sebelum berkunjung ke situs aslinya. Informasi di dunia metaverse memberi gambaran secara visual agar wisatawan tidak tersesat saat berwisata secara langsung.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.