Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Desa Mbengan di NTT yang Ditetapkan sebagai Desa Wisata

Kompas.com - 19/10/2022, 14:05 WIB
Markus Makur,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Daya tarik adat dan budaya Desa Wisata Mbengan

Selain tempat wisata, Desa Wisata Mbengan juga menawarkan aneka daya tarik adat dan budaya, antara lain tarian keda rawa dari suku bebong di Kampung Bungan, umbiro, wai doka, dan tarian kelong.

Ada pula permainan tradisional napa tikin, ghena ajo, dang ajo, paka maka, dan berbagai ritual adat yang berkaitan dengan pertanian.

Tetua adat suku mukun di Desa Mbengan, Kornelius Ngamal Ramang, menerangkan bahwa tarian sakral di Kampung Bungan yang masih terjaga dengan baik yakni tarian keda rawa. Tarian ini umumnya dilangsungkan saat ritual adat ghan woja. 

Baca juga: Pemandian Air Panas Blidit di Sikka, NTT Mulai Diminati Turis Asing

Sebagai informasi, kata "keda" artinya injak tanah atau menghentakkan kaki ke tanah, sedangkan kata "rawa" artinya syair-syair mistis yang dilantunkan tetua adat kampung tersebut. 

Bila digabung, maka tarian keda rawa artinya tarian khas bernuansa mistis yang dilaksanakan oleh para tetua adat laki-laki. Tarian ini ditampilkan pada tengah malam sekitar pukul 00.00 Wita dan pada pagi hari sebelum matahari terbit. 

Sementara itu, nama ritual ghan woja juga terdiri dari dua kata, yakni "ghan" yang berarti makan dalam bahasa etnis kolor dan "woja" artinya bulir padi panjang.

Jadi ritual ghan woja bermakna makan padi baru guna menandakan berakhirnya tahun lama dan memasuki tahun tanam baru, menurut kalender pertanian para petani di kampung itu.

Baca juga: Umauta di Sikka, NTT Masuk 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia

Ramang menambahkan, ritua ghan woja sudah dilaksanakan minggu lalu oleh warga satu kampung.

"Ritual ini juga sebagai ungkapan rasa syukur bahwa tahun lama sudah lewat dan memasuki tahun baru masa tanam dalam kalender pertanian orang Kampung Bungan," jelasnya kepada Kompas.com, Minggu (9/10/2022).

Biasanya, lanjut Ramang, ritual ghan woja dilaksanakan pada Juli-September tiap tahunnya, namun kali ini agak terlambat akibat perubahan iklim.

Pantangan dalam ritual ghan woja

Sesajian adat kepada Sang Pencipta Kehidupan, alam semesta dan leluhur yang dialas dengan daun sirih di Watu Nurung atau watu leluhur Suku Saghe di rumah adat atau Mbaru Gendang Saghe, Jumat (2/11/2018). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Sesajian adat kepada Sang Pencipta Kehidupan, alam semesta dan leluhur yang dialas dengan daun sirih di Watu Nurung atau watu leluhur Suku Saghe di rumah adat atau Mbaru Gendang Saghe, Jumat (2/11/2018).

Sebelum melaksanakan ritual ghan woja di rumah, masyarakat Kampung Bungan dilarang membuka kebun baru. Ini aturan lisan yang secara turun temurun ditaati masyarakat setempat.

Bila melanggar, maka diyakini hasil panen tidak akan melimpah dan kebun akan diganggu binatang. Biasanya yang ditanam adalah jagung dan padi.

"Ada masyarakat yang coba melanggar aturan adat ini. Buktinya tidak ada hasil jagung, padi di kebunnnya. Selain itu jagung, padi tidak berbuah dan diganggu binatang-binatang," tuturnya.

Baca juga: Manggarai Timur di NTT Punya Sedikitnya 37 Air Terjun untuk Wisata

Ia menjelaskan, yang menanam pertama di ladang adat di sekitar mbaru mere (rumah adat) yakni suku nanga. Jika tetua adat suku nanga belum menanam padi dan jagung di kebun, warga lain dilarang menanam duluan.

"Ini aturan adat yang ditaati oleh warga Kampung Bungan. Dan masih ada banyak ritual adat lainnya di Kampung Bungan," katanya.

Baca juga: Beragam Kendala Kembangkan Wisata Air Terjun di Manggarai Timur NTT

Ramang mengatakan bahwa ia juga pernah memandu rombongan wisatawan mancanegara dari Inggris untuk menyaksikan tarian keda rawa dan ritual ghan woja.

"Jadi ritual adat ghan woja dan tarian keda rawa sudah dikenal di Inggris yang dibawa oleh turis tersebut," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com