Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampir ke Perkebunan Pala Legendaris di Banda Neira, Usianya 400 Tahun

Kompas.com - 01/12/2022, 19:06 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

 

Beberapa petani pala pun membuka buah pala, memisahkan kulit dari bijinya. Kulitnya akan digunakan sebagai bahan baku manisan pala, bijinya dijemur dan dijadikan minyak serta bahan lain. 

Usai puas berkeliling, Kompas.com dan rombongan kembali ke area rumah yang di sampingnya memiliki ruangan khusus mesin pengolah minyak pala. 

Baca juga: Buah Pala yang Jadi Aset Utama di Pulau Banda

Mesin berukuran besar tersebut terdiri dari beberapa bagian, mulai dari kuali penghancur, mesin pendingin, hingga proses terakhir terbagi antara minyak dengan air.

"Akhirnya, ini terpisah minyak sama air. Airnya saja bisa dijadikan bahan baku untuk sabun mandi."

"Jadi semua (komponen) pala ini memang berfungsi, ada manfaatnya," tutur Pongky sambil menunjuk salah satu bagian mesin. 

Mesin pengolah minyak pala di perkebunan milik Pongky Van Den Broeke di Banda Besar. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Mesin pengolah minyak pala di perkebunan milik Pongky Van Den Broeke di Banda Besar.

Kemudian, Kompas.com juga diajak melihat pemisahan biji pala dengan kulit, sampai mengunjungi tempat pengasapan pala di bagian atas rumah keluarga Pongky.

Tempat pengasapan pala tersebut diletakkan di atas alas bambu dengan pancaran suhu panas yang cukup kuat. 

Baca juga: 8 Wisata Morotai di Maluku Utara, Telusuri Peninggalan Perang Dunia II

Sejarah perkebunan pala Van Den Broeke

Sebagai informasi, kepulauan Banda dikenal sebagai penghasil rempah pala yang harganya sangat tinggi di masa lalu. Keharuman dan khasiat pala membuat gugusan Pulau Banda diperebutkan bangsa Eropa sejak abad ke-15.

Baca juga:

Dari cerita Pongky, diketahui kejayaan pala Van Den Broeke tidak berlangsung sangat lama. Dulu, dalam satu tahun klan Van Den Broeke dapat menyetorkan 3.000 ton pala ke luar Banda.

Namun, Jepang datang pada 1942 dan mengobrak-abrik ladang pala milik klan Van Den Broeke. Williem Frederick Steiner Van Den Broeke, kakek Pongky, dibawa ke Makassar menjadi tawanan.

"Jepang masuk 1942 karena Banda dianggap strategis. Jadi orang Jepang mendarat di sini, mengalahkan orang-orang Belanda. Pemilik perkebunan ditawan di Makassar," ujar dia.

Kumpulan buah pala yang sudah dikuliti, di perkebunan Pongky Van Den Broeke, Banda Besar. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Kumpulan buah pala yang sudah dikuliti, di perkebunan Pongky Van Den Broeke, Banda Besar.

Saat itu, kata Pongky, rumah miliknya dibakar dan wayang-wayang kulit milik para pekerja perkebunan hilang entah ke mana.

Selain itu, sebagian kebun pala Van Den Broeke dibabat, diganti singkong dan umbi-umbian sebagai bahan pokok masyarakat Asia.

Baca juga: Perkiraan Biaya ke Banda Neira di Maluku, Termasuk Penginapan

Saat Indonesia merdeka dan Jepang pergi, klan Van Den Broeke tidak langsung mendapat kembali keagungan yang mereka bangun.

"Saat itu, perkebunan diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Keluarga Van Den Broeke sempat tidak punya perkebunan pala satupun," kenang Pongky. 

Ia bercerita, dirinya membutuhkan perjuangan panjang meminta hak atas ratusan hektare kebun pala termasuk rumah yang dulu dimiliki Van Den Broeke.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com