Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/06/2023, 15:36 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jauh sebelum kawasan Jalan Surabaya di Jakarta Pusat dipenuhi jejeran kios barang antik, kawasan tersebut hanyalah trotoar kosong.

Salah seorang pedagang yang sudah menjual barang antik di Jalan Surabaya lebih dari 40 tahun bernama Rahmad mengatakan, kawasan ini dulunya berupa trotoar kosong yang diisi oleh lapak barang antik.

Baca juga:

"Dulu belum ada kios yang seperti ini, saya sudah 40 tahunan jualan di sini. Awal-awal (orang berdagang) masih di lapak," kata Rahmad saat ditemui Kompas.com di lokasi, Rabu (7/6/2023).

Pedagang barang antik lainnya yang juga merasakan suasana lapak pada zaman dulu di Jalan Surabaya ialah Anas.

 

Jajaran kios barang antik di Jalan Surabaya.KOMPAS.com / Suci Wulandari Putri Jajaran kios barang antik di Jalan Surabaya.

Anas mengatakan dirinya sudah jualan barang bekas di Jalan Surabaya sekitar tahun 1976.

"Zaman dulu masih berupa lapak, kondisi kawasannya pun masih sama sampai sekarang. Sepanjang Jalan Surabaya ini khusus barang antik, sementara dari Jalan Pasuruan itu diisi oleh pedagang koper," kata Anas saat ditemui Kompas.com di lokasi, Rabu (7/6/2023).

Berangkat dari lapak di atas trotoar, pedagang di Jalan Surabaya mulai menggunakan meja, selanjutnya disusul perbaikan dari pemerintah supaya kawasan ini lebih rapi.

"Pemerintah memberi besi-besi pembatas, jadi trotoar ditutup separuh bagian, tempat berdagang dulu belum penuh sampai ke depan (dekat jalan raya)," ujar ketua pedagang barang antik di Jalan Surabaya, Tamim kepada Kompas.com, Rabu (7/6/2023).

Tamim melanjutkan, barulah sekitar tahun 1980-an kawasan Jalan Surabaya mulai direnovasi dengan dibangunnya kios untuk para pedagang.

Baca juga:

Ramai dikunjungi wisatawan mancanegara

Potret wisman asal Taiwan sedang ditawari koin kuno oleh beberapa pedagang di Jalan Surabaya.KOMPAS.com / Suci Wulandari Putri Potret wisman asal Taiwan sedang ditawari koin kuno oleh beberapa pedagang di Jalan Surabaya.

Tamim menceritakan, sebelum pandemi Covid 19 melanda, kawasan pasar barang antik di Jalan Surabaya ramai dikunjungi wisatawan mancanegara (wisman).

"Orang yang datang ke sini kebayakan kolektor, umumnya tamu dari Malaysia," kata Tamim.

Pada saat itu, lanjutnya, wisman datang ke kawasan Jalan Surabaya menggunakan bus besar. Tak jarang pula ada yang mampir untuk membeli suvenir wayang sebagai oleh-oleh.

Selain mengincar barang kuno, seperti patung, mesin tik, buku-buku, lampu, atau jam dinding, wisaman juga mencari musik lawas.

Salah satu pemilik kios musik lawas di Jalan Surabaya bernama Irwansyah mengamini hal tersebut.

"Orang asing itu suka dengan musik Indonesia, bahkan mereka tidak perlu waktu yang lama untuk negosiasi harga karena mereka tahu itu (musik yang mereka cari) bagus dan sulit ditemukan," kata Irwansyah kepada Kompas.com, Rabu (7/6/2023).

Bahkan, kata Irwansyah, dari banyaknya musik lawas yang ia jual saat ini, musik yang paling mahal ialah musik lawas Indonesia genre rock.

Baca juga:

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com