Pasar Beringharjo adalah tempat yang tidak boleh dilewati saat berkunjung ke Malioboro. Pasar yang dulunya bernama Pasar Gedhe ini memiliki nilai sejarah karena didirikan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I ketika membangun Keraton Yogyakarta.
Melansir dari laman Jogja Cagar, perubahan nama menjadi Pasar Beringhaijo terjadi pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Nama Beringharjo diambil dari kata bring dan harjo, karena lokasi pasar itu awalnya merupakan hutan beringan.
Wisatawan bisa menjumpai oleh-oleh Kota Yogyakarta lengkap, mulai dari batik, kuliner, pernak-pernik, pakaian, tas, dan sebagainya. Jangan lupa untuk mencicipi sate kere dan nasi pecel di depan Pasar Beringharjo.
Selain jalan-jalan, wisatawan bisa menjumpai tempat bersejarah di Jalan Malioboro, yakni Benteng Vredeburg. Bangunan ini dulunya digunakan sebagai markas Belanda untuk memantau kegiatan di dalam Keraton Yogyakarta.
Saat berkunjung ke Benteng Vredeburg, wisatawan akan menjumpai minirama Kongres Boedi Oetomo, diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TNI, mesin ketik Surjopranoto, kendil yang digunakan oleh Soedirman, dokumen Soetomo, dan sebagainya.
Terdapat beberapa bangunan di dalam benteng, seperti rumah perwira, rumah residen, asrama prajurit, gudang senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit, seperti dikutip dari laman Dinas Kebudayaan Yogyakarta.
Teras Malioboro merupakan jantung kawasan Malioboro. Teras Malioboro1 dan 2 adalah relokasi pedagang kaki lima (PKL) yang dulunya berjualan sepanjang Jalan Malioboro.
Tidak diragukan lagi, Teras Malioboro adalah surganya oleh - oleh khas Kota Yogyakarta. Mulai dari batik, bakpia, pernak-pernik, pakaian, tas, dompet, sandal, sepatu, dan masih banyak lainnya.
Wisatawan juga bisa menjumpai aneka kuliner di Teras Malioboro, mulai dari gudeg, sate koyor, lotek, bakso, mi ayam, dan masih banyak lainnya.
Baca juga:
Titik Nol Kilometer Yogyakarta menjadi titik akhir perjalanan wisatawan di Jalan Malioboro. Wisatawan bisa menikmati suasana Kota Yogyakarta sembari duduk santai di bangku-bangku yang telah disediakan.
Kawasan ini dikelilingi dengan tempat bersejarah, seperti Benteng Vredeburg, Istana Kepresidenan Gedung Agung, Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, Kantor Pos Besar, Gedung BNI 46, dan sebagainya.
Titik nol kilometer Yogyakarta berada di persimpangan yang mempertemukan empat ruas jalan, yaitu Jalan KH. Ahmad Dahlan dari sisi barat, Jalan Margo Mulyo dari sisi utara, Jalan Panembahan Senopati dari sisi timur, dan Jalan Pangurakan dari sisi selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.