Tradisi ayunan kayu dilaksanakan pasca perang pandan, berdasarkan informasi dari website Indonesia Travel. Nantinya, beberapa gadis Desa Tenganan duduk di atas ayunan memakai kain tradisional berwarna keemasan.
Ayunan kayu ini diletakkan di halaman desa dan digerakkan oleh dua orang pemuda. Makna dari tradisi ayunan ini adalah representasi kehidupan yang terus berputar, kadang di atas dan kadang di bawah.
Baca juga:
Desa Tengenan terkenal sebagai penghasil kain atau tenun gringsing yang indah. Nama Gringsing berasal dari kata gering yang berarti sakit atau musibah, dan sing yang bermakna tidak, sehingga secara keseluruhan gringsing berarti penolak bala.
Proses pembuatan tenun gringsing masih menggunakan tangan dengan alat tenun manual. Prosesnya membutuhkan waktu yang lama, bahkan ada yang mencapai tiga tahun, sehingga keberadaan tenun gringsing langka serta harganya mahal.
Warga Desa Tenganan wajib memiliki tenun gringsing, karena digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti ngaben. Wisatawan yang berkunjung ke Desa Tengenan bisa menjadikan tenun gringsing sebagai oleh-oleh.
Jika berkunjung ke Desa Tenganan, wisatawan akan disuguhi pemandangan alam yang indah. Selain itu, rumah adat di Desa Tenganan menjadi ciri khas sekaligus daya tariknya.
Berdasarkan informasi dari website Indonesia Travel, rumah adat Desa Tenganan dibangun dari campuran batu merah, batu sungai, dan tanah serta mempunyai ukuran yang relatif sama.
Ada beragam kerajinan desa yang dipajang di dinding rumah warga seperti ukir-ukiran, anyaman, dan kain tenun. Atap rumah yang dari ijuk ini menambah sisi estetik rumah di Desa Tenganan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.