Asal nama Garut, tidak lepas dari misi pencarian calon ibu kota Kabupaten Limbangan di atas. Saat ditemukan telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri, seorang panitia tergores atau kakarut dalam bahasa Sunda.
Dalam rombongan panitia, turut pula seorang warga Eropa. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, ia langsung bertanya mengapa.
Kemudian, orang yang tergores menjawab bahwa tangannya kakarut. Orang Eropa tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga menjadi gagarut.
Sejak saat itu, mereka menamai tanaman berduri itu dengan sebutan Ki Garut dan telaga Ci Garut. Sementara, daerah sekitar telaga dikenal sebagai Garut.
Nama Garut tersebut, kemudian direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk menjadi nama Ibu Kota Kabupaten Limbangan.
Baca juga:
Pada 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibu kota. Setelah sarana dan prasarana selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar 1821.
Kemudian, nama Kabupaten Limbangan berganti menjadi Kabupaten Garut melalui Surat Keputusan Gubernur Jenderal Nomor 60 tanggal 7 Mei 1913.
Kota Garut disahkan sebagai Ibu Kota Kabupaten Garut pada 1 Juli 1913. Pada waktu itu, bupati yang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915).
Kota Garut saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Sementara, Kabupaten Garut meliputi sistrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.