Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Itinerary Seharian Napak Tilas G30S di Menteng Jakarta Pusat

Kompas.com - 14/09/2023, 23:16 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau dikenal sebagai G30S, merupakan catatan kelam bagi Indonesia. Dalam peristiwa tersebut, sebanyak tujuh Pahlawan Revolusi gugur di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Untuk mengenang para Pahlawan Revolusi yang gugur tersebut, kamu bisa mengunjungi sejumlah tempat bersejarah terkait peristiwa G30S

Baca juga:

Salah satu tempat napak tilas G30S adalah Kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur merupakan lokasi peristiwa berdarah tersebut. Wisatawan bisa menjumpai Monumen Pancasila Sakti untuk mengenang para Pahlawan Revolusi yang gugur dalam G30S.

Namun ternyata, ada sejumlah tempat yang menjadi saksi G30S di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Kamu bisa menjelajahinya dalam sehari, sekaligus mampir ke taman di kawasan Menteng.

Kompas.com merangkum itinerary seharian napak tilas G30S di Menteng, Jakarta Pusat, sebagai berikut.

1. Museum AH Nasution 

Diorama penyerbuan DR. A.H Nasution di kamarnya dapat dilihat di Museum DR. A. H Nasution, Jakarta, Selasa (26/9/2017)KOMPAS.COM/Wienda Putri Novianty Diorama penyerbuan DR. A.H Nasution di kamarnya dapat dilihat di Museum DR. A. H Nasution, Jakarta, Selasa (26/9/2017)

Kamu bisa memulai tur dengan mengunjungi Museum Abdul Haris (AH) Nasution yang berada di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Menteng, Jakarta Pusat. Museum ini menjadi saksi bisu kisah tragis G30S.

Melansir dari Kompas.com (27/9/2020), rumah tersebut dulunya adalah kediaman Jenderal AH Nasution. Terdapat diorama penyerangan AH Nasution di kamar tidurnya, penodongan senjata kepada sang istri, dan penangkapan Lettu Pierre Tendean oleh pasukan Tjakrabirawa.

Ada pula diorama jenderal AH Nasution yang tengah mencoba kabur dari kejaran pasukan Tjakrabirawa dengan melompati tembok. Saat memasuki kamar tidur AH Nasution, pengunjung museum juga masih bisa melihat lubang-lubang bekas tembakan peluru.

Ajudan Jenderal AH Nasution, Lettu Pierre Tendean menjadi salah satu korban pada malam tersebut. Tragedi malam itu juga merenggut nyawa putri bungsu Jenderal AH Nasution, Ade Irma Suryani Nasution yang masih berusia lima tahun.

Jenderal AH Nasution berhasil selamat dari penculikan pasukan Cakrabirawa tersebut. Namun, mantan kepala Staf TNI Angkatan Darat tersebut, meninggal dunia pada 6 September 2000 lalu.

2. Kuliner Sunda Kelapa 

Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa menjadi pemandu tim Kompas.com saat berkunjung.KOMPAS.com/ Suci Wulandari Putri Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa menjadi pemandu tim Kompas.com saat berkunjung.

Sebelum melanjutkan perjalanan, kamu bisa santap siang di kuliner Sunda Kelapa. Lokasinya di sekitar Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng.

Jaraknya hanya sekitar 1,3 kilometer (km) atau 4 menit berkendara. Ada beragam makanan yang bisa kamu jumpai di kawasan ini. Mulai dari tongseng kambing, sate ayam, soto, nasi pecel, pecel lele, warteg, dan lainnya.

Adapula camilan seperti tahu gejrot, es doger, rujak buah, dimsum, dan lainnya. Kamu juga bisa mampir ke Masjid Agung Sunda Kelapa yang memiliki desain unik lantaran dibangun tanpa kubah.

Baca juga:

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

 

Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur.

3. Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi

Seragam asli para pahlawan revolusi Indonesia yang dititipkan di Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi.DOK. KOMPAS.COM/ SUCI WULANDARI PUTRI CHANIAGO Seragam asli para pahlawan revolusi Indonesia yang dititipkan di Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi.

Melanjutkan perjalanan, kamu bisa mengunjungi Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi yang berlokasi di Jalan Lembang Nomor 67, Menteng, Jakarta Pusat. Jaraknya hanya 700 meter dari Masjid Agung Sunda Kelapa.

Museum ini dulunya adalah rumah kediaman Jenderal Ahmad Yani, salah satu Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S. Untuk mengetahui kronologi tewasnya  Jenderal Ahmad Yani, masyarakat bisa mengunjungi

Berdasarkan informasi dari Kompas.com (4/4/2023), Jenderal Ahmad Yani ditembak pada  1 Oktober 1965 sekitar pukul 04.35 WIB di kediamannya tersebut.

Jenazah Jenderal Ahmad Yani kemudian dibawa ke Lubang Buaya, Jakarta Timur. Satu tahun setelah wafatnya Jenderal Ahmad Yani, tepatnya pada 1 Oktober 1966, ibu dan putra-putri Jenderal Ahmad Yani menyerahkan rumah tersebut kepada negara.

Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi buka setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Museum ini terbuka gratis untuk masyarakat umum.

Baca juga:

4. Kawasan stasiun LRT Dukuh Atas

Suasana di Stasiun LRT Dukuh Atas, pada hari ketiga beroperasi, Rabu (30/8/2023).KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARRORROH ITSNAINI Suasana di Stasiun LRT Dukuh Atas, pada hari ketiga beroperasi, Rabu (30/8/2023).

Setelah selesai menjelajahi bangunan bersejarah di Menteng, kamu bisa mampir ke Stasiun LRT Dukuh Atas sebelum pulang ke rumah. Kamu bisa menjajal moda transportasi massa baru itu.

Selain itu, kamu bisa mengunjungi Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Dukuh Atas yang mengintegrasikan lima moda transportasi. Meliputi, LRT Jabodebek, KRL, Transjakarta, kereta Bandara Soekarno-Hatta, dan MRT Jakarta. Menarik bukan?

Adapula sejumlah tempat nongkrong di dekat Stasiun LRT Dukuh Atas. Sebut saja, Terowongan Kendal, Taman Dukuh Atas, dan Riverside Walk Stasiun BNI City. Semuanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari Stasiun LRT Dukuh Atas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com