Aksi penolakan ini dikenal dengan nama peristiwa Gedoran, peristiwa ini terjadi pada 1945, tepat setelah Indonesia merdeka.
"Saat peristiwa itu masyarakat lokal hendak menggerebek rumah-rumah orang Portugis. Akan tetapi peristiwa ini dihalangi oleh seorang tokoh masyarakat bernama Haji Maksum," katanya.
Baca juga: Sejarah Masjid Luar Batang di Jakarta Utara, Berawal dari Surau
Kata Yuli, Haji Maksum merupakan tokoh agama, orang keturunan Betawi asli, dan dihormati oleh masyarakat suku Betawi.
Pada saat itu Haji Maksum menjadi sosok yang "pasang badan" membela orang-orang Portugis dan meyakinkan orang Betawi bahwa mereka tidak pro terhadap Belanda.
"Karena yang berbicara adalah tokoh masyarakat, akhirnya orang Betawi percaya," katanya.
Setelah peristiwa itu, sebagai bentuk penghormatan terhadap orang suku Betawi, maka orang-orang Portugis akan mengenakan baju koko dan peci pada setiap perayaan yang digelar di Kampung Tugu.
Baca juga: Serunya Main dengan 50 Anjing Lucu di Kafe Dogs Ministry, Jakarta Utara
Penyebutan nama "Kampung Tugu" ini, kata Yuli, mulanya berawal dari masyarakat lokal yang sulit melafalkan kata "Portugis". Alhasil, untuk memudahkan pelafalan, "Kampung Portugis" hingga saat ini disebut juga dengan " Kampung Tugu".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.@kompastravel Jalan dulu aja yuk ke Lapangan Banteng! Ada pameran Flona 2023 sampai tanggal 16 Oktober 2023. Di sini ada ragam stan mulai dari pameran sampai jualan. Lapangan banteng jadi super estetik. Habis ini aku spill ya rekomendasi spot foto di sini.. #jakartahits #explorejakarta #wisatajakarta #flona2023 ? Bubble Bubble - COZY CLOU:D