Menurut Pitana, penyebab overtourism di Bali adalah infrastrukturnya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jalan yang tidak begitu luas, padahal toko-toko berjejeran.
Akhirnya, tidak ada ruang untuk parkir dan memakan badan jalan untuk orang-orang menepikan mobil atau motornya.
"Dulu mungkin tidak masalah karena orang Bali tidak punya mobil. Sekarang, rata-rata satu keluarga punya satu atau dua mobil," tuturnya.
Belum lagi, tambahnya, penumpukan wisatawan di satu sisi di Bali selatan, seperti di Kuta, Jimbaran, Nusa Dua, dan Uluwatu.
Sementara itu, wisatawan di sisi Bali utara tak seramai Bali Selatan. Pitana menyebut, keberadaan bandara menjadi penyebab terbesarnya.
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai terletak di sisi Bali selatan sehingga bisa memicu banyak wisatawan mampir ke tempat wisata terdekat.
Alasan lainnya, lanjut dia, adalah budaya. Wisatawan yang datang ke suatu tempat, seperti Bali, dan tidak mengikuti budaya setempat, bisa mengganggu warga lokal.
Aktivitas wisatawan yang mengganggu, membuat warga lokal merasa tidak membutuhkan wisatawan sehingga muncullah overtourism.
"Ada wisatawan yang naik sepeda motor dengan gayanya sendiri. Tanpa baju, hanya pakai bikini, dan berhenti seenaknya," ucap dia.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram