Selanjutnya, ada jenis turbulensi termal yang disebabkan oleh naiknya udara panas dari permukaan bumi.
Baca juga: 13 Hal yang Perlu Diketahui Soal Turbulensi Pesawat
"Karena permukaan bumi itu tidak rata, ada rumput, bebatuan, aspal, dan air, termalnya tidak rata termal atau udara panasnya," jelas Alvin.
Udara panas di atas air mengandung uap air yang bisa menyebabkan kepadatan berbeda, sehingga menimbulkan turbulensi.
Perbedaan udara panas dan dingin juga bisa menyebabkan turbulensi pesawat yang dikenal dengan sebutan frontal tulburence.
Jenis turbulensi ini jelas terlihat ketika udara hangat lembap dan tidak stabil, berubah menjadi sangat parah jika terjadi badai petir.
Baca juga: 9 Tips Atasi Cemas Saat Turbulensi Pesawat, Atur Napas dan Meditasi
Perubahan arah secara horizontal maupun vertikal, serta kecepatan angin dapat menyebabkan wind shear turbulence. Menurut Alvin, turbulensi inilah yang menimpa Singapore Airlines.
Biasanya, kata Alvin, turbulensi wind shear yang terjadi di ketinggian 4.572 meter di atas permukaan laut, dapat berubah menjadi clear air turbulence atau turbulensi cuaca cerah. Turbulensi ini berlangsung tiba-tiba.
"Karena tidak ada awan, tidak ada apa-apa, tetapi tiba-tiba terjadi turbulensi," ungkap Alvin.
Baca juga: Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet
Selain itu, pesawat yang berada di ketinggian lebih dari 10.000 meter juga kemungkinan menemui jet stream atau arus angin dengan kecepatan tinggi mencapai di atas 100 kilometer per jam.
"Bila (jet stream) terjadi clear air turbulence, turbulensi menjadi berubah lebih berat," lanjut Alvin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.