MBAY, KOMPAS.com - Sebanyak1.000 perempuan dari Etnis Ndora, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Flores, Provinis Nusa Tenggara Timur melakukan parade "1000 Esu Kose" khas etnis tersebut.
Parade ini berlangsung pada Senin (30/9/2019). Parade Esu Kose merupakan parade pertama di Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Tarian Kolosal Sedamane Meriahkan Festival Literasi Nagekeo
Parade tersebut berlangsung dari Kantor Bupati Nagekeo dengan jarak lima kilometer menuju ke Lapangan Berdikari. Lapangan Berdikari menjadi tempat pelaksanakaan Festival Literasi Nagekeo 2019.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Josef Adrianus Nai Soi saat menyaksikan langsung parade tersebut mengaku terkejut dan bulu merinding melihat kekompakan kaum perempuan dari Etnis Ndora yang baru kali pertama terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sebelumnya Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando sudah menetapkan Kabupaten Nagekeo sebagai kabupaten literasi pertama di Indonesia dan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Nagekeo Tuan Rumah Festival Literasi Tingkat Provinsi NTT
“Saya orang asli Nagekeo mengetahui dan sudah mengamati bahwa tradisi Esu Kose sudah 40 tahun tenggelam. Kini, saya berjuang keras untuk membangkitkan tradisi yang unik ini dengan parade 1000 Esu Kose di moment Festival Literasi Nagekeo 2019," kata Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do kepada KOMPAS.com, Senin (30/9/2019).
Bupati Don menjelaskan, keterlibatan 1000 perempuan Etnis Ndora atau Doa menyentuh nurani karena mereka melakukan parade yang berbeda dengan daerah lain di Nusa Tenggara Timur.
Perempuan Nagekeo, khususnya Etnis Ndora atau Doa menjadi pionir tradisi Esu Kose yang pertama di Nagekeo khususnya dan di Provinsi Nusa Tenggara Timur umumnya.
“Perempuan Nagekeo sangat hebat dan luar dengan terlibat dalam parade 1000 esu kose. Ini kesadaran dan kebangkitan baru warga Etnis Ndora atau Doa dengan mempertahankan kuliner lokal,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Pagomogo, Kecamatan Nangaroro, Adrianus Aha menjelaskan bahwa ritual Esu Kose merupakan ritual menghormati Sang Pencipta, Leluhur dan alam semesta.
Esu Kose merupakan budaya Orang Ndora yang sering dilakukan oleh masyarakat adat beretnis Ndora atau Doa. Esu Kose terdiri dari Esu dan Kose.
Baca juga: Menjelajahi Pantai Pasir Putih Pulau Kinde di Nagekeo Flores (1)
Esu berarti masak nasi merah dengan podo awu atau periuk tanah. Kose berarti membakar daging dengan bambu. Jadi, Esu Kose berarti masak bersama-sama serta saat makan bersama dengan lauknya.
“Ritual Esu Kose merupakan budaya yang mempersatukan seluruh Etnis Ndora atau Doa di lima Desa. Saat memasaknya juga secara gotong royong. Parade Esu Kose membangkitkan kembali budaya dari etnis Ndora,” kata Adrianus kepada KOMPAS.com, Senin (30/9/2019).
Alfonsius Bebi, Tokoh adat sekaligus Kepala Dusun menjelaskan Etnis Ndora atau Doa berada dalam lima desa. Kelima desa itu adalah Desa Woedoa, Bidoa, Ulupulu, Ulupulu I dan Pagomogo di Kecamatan Nangaroro.
Alfonsius mengatakan, dalam rangka festival literasi pertama tingkat provinsi di Provinsi NTT 2019, claster Ndora atau Etnis Ndora yang dipercayakan oleh Bupati Nagekeo, dr. Johanes Don Bosco Do untuk menampilkan parade 1000 periuk atau tembikar “Esu Kose”. Padahal sudah 40 tahun lebih orang Ndora tidak pernah menggunakan periuk lagi.
Baca juga: Jika Kamu Tertarik Kuliner Seafood Nagekeo, Datangi Desa Nangadhero