KOMPAS.com – Singapura sudah menyambut kembali pelancong bisnis dari beberapa negara di bawah aturan Reciprocal Green Lane (RGL).
Mengutip situs resmi Safe Travel milik Singapura, RGL merupakan skema perjalanan jangka pendek yang memungkinkan penduduk sejumlah negara berkunjung ke Singapura melakukan bisnis dan tujuan resmi.
Kendati sudah dibuka secara terbatas untuk pelancong bisnis, Assistant Manager Singapore Tourism Board (STB) Indonesia Johanes Stevano Rahardjo mengatakan, kegiatan wisata lokal sudah mulai berjalan.
Baca juga: Singapura Sambut Turis Asing 1 September 2020
“Sudah ada pembukaan ulang untuk aktivitas sosial dan ekonomi, termasuk staycation. Pembukaan untuk atraksi wisata, tur, dan hotel,” kata Johanes.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam webinar STB Indonesia MICE Forum bertajuk "Towards the Safe Resumption of Business Events in Singapore", Rabu (7/10/2020).
Langkah Singapura cegah naiknya kasus Covid-19
Sebelum dan selama pembukaan kembali secara terbatas, perlahan, dan bertahap bagi pelancong bisnis, Johanes mengatakan bahwa Singapura menerapkan SafeEntry dan TraceTogether.
SafeEntry merupakan sistem check-in digital yang mencatat masuknya individu ke suatu tempat. Sementara TraceTogether adalah aplikasi yang menggunakan sinyal Bluetooth untuk mempermudah pelacakan.
“Strategi yang diambil STB sebagai badan pemerintahan untuk membuka perbatasan Singapura lebih cepat, tapi tetap kelola risiko, adalah melakukan tiga tahap,” tutur Johanes.
Tahap pertama, pihak STB bekerja sama dengan Kementerian Transportasi dan Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS) dalam penerapan Safe Travel Pattern.
“Ini untuk pulihkan kembali konektivitas udara dengan aman, tetapi tetap meminimalkan terjadinya kasus Covid-19 impor,” tutur Johanes.
Berdasarkan informasi yang tertera dalam situs https://www.gov.sg, Singapura mengonfirmasi empat kasus Covid-19 impor pada Selasa (6/10/2020).
Sementara itu, tahap kedua adalah adanya Safe Travel Itinerary yang dimaksudkan bagi pelancong dalam grup kecil.
Tahapan tersebut dilakukan dengan bekerja sama dengan sejumlah agen perjalanan lokal, serta pegiat industri pariwisata lokal seperti perhotelan dan pemandu wisata.
Baca juga: Singapura Luncurkan Sertifikat SG Clean, Bikin Optimis Industri Pariwisata yang Terpuruk
“Juga dengan percepatan program non-RGL Safe Travel Bubble dengan beberapa negara yang kalau nantinya sukses, juga akan dijalankan dengan negara lainnya dan mungkin juga termasuk Indonesia,” kata Johanes.