Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kampung Pitu di Gunungkidul, Kenapa Hanya Ada 7 Kepala Keluarga?

Kompas.com - 16/06/2023, 20:08 WIB
Markus Yuwono,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), punya satu permukiman unik, yakni Kampung Pitu.

Adapun pitu adalah kata dalam bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonsia berarti tujuh. Kampung ini hanya dihuni tujuh kepala keluarga.

Lokasi Kampung Pitu berada di kawasan perbukitan sebelah utara dari puncak Gunung Api Purba Nglanggeran.

Baca juga: Mampir ke Desa Nglanggeran Gunungkidul, Delegasi ATF Disuguhi Cokelat Olahan

Lokasinya tepatnya berada di Padukuhan Nglanggeran Wetan RT 19, Kelurahan Nglanggeran, Kapanewon atau Kecamatan Patuk, Gunungkidul, DIY. 

Sekilas kampung ini tak berbeda dengan wilayah lainnya di Gunungkidul. Sebagian besar rumahnya berbentuk limasan, dan berbentuk kampung. Rumah berdiri berjauahan karena kondisi tanah berbukit. 

Sejarah Kampung Pitu

Sejarah berdirinya kampung pitu berawal dari sekitar Telaga Guyangan. Menurut cerita turun temurun yang dipercaya penduduk sekitar, area persawahan yang ada mata airnya itu merupakan suatu telaga.

Telaga itu airnya digunakan untuk mencuci kuda semberani. Bahkan, sisa tapak kuda semberani masih ada hingga saat ini.

Baca juga: Pantai Sadeng Gunungkidul yang Unik, Berada di Muara Bengawan Solo Purba

Untuk Kampung Pitu, awalnya berasal dari kakak beradik Iro Dikromo dan Tirtosari yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah.

Saat itu ada lahan kosong di sekitar Telaga Guyangan, lalu ada sayembara Keraton yang menjanjikan hadiah tanah bagi siapa pun yang mau dan mampu menjaga pohon pusaka bernama Kinah Gadung Wulung, maka diperbolehkan tinggal disana.

Jejak di batu yang dipercaya jejak kuda Semberani di Kawasan Kampung Pitu, Nglanggeran, Patuk, GunungkidulKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Jejak di batu yang dipercaya jejak kuda Semberani di Kawasan Kampung Pitu, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul

Hanya kedua orang inilah yang bisa tinggal di sekitar Telaga Guyangan, dan saat ini diberi nama Kampung Pitu.

Surono, salah seorang keturuanan Iro Dikromo mengatakan, ayahnya yang bernama Redjo Dimulyo merupakan keturunan keempat. Usianya sekarang kurang lebih 106 tahun. 

Baca juga: Sandiaga Ajak Wisatawan Berkunjung ke Gunungkidul yang Kaya Keindahan Alam

"Nama Kampung Pitu itu belum lama, baru sekitar tahun 2014 atau 2015 berubah nama. Awalnya namanya Tlogo, (berada di sekitar) Gunung Wayang (Sebutan kawasan Gunung Api purba Nglanggeran)," kata Surono kepada Kompas.com di rumahnya, Jumat (16/6/2023).

Hanya ada tujuh kepala keluarga

Dikatakannya, tidak ada aturan mengenai harus dihuni tujuh kepala keluarga. Hanya saja dari dulu hingga sekarang, setiap lebih dari tujuh kepala keluarga, kelebihannya akan pergi karena tidak betah. 

"Dari cerita bapak saya itu kejadian (warga tidak betah) sudah dua kali," kata dia.

Surono mengatakan, tinggal di perbukitan yang cukup jauh dari desa yang lainnya, akses ke Kampung Pitu itu cukup berat sebelum tahun 2014-an. Warga harus berjalan kaki, karena sepeda motor cukup sulit mencapainya. 

Suasana di sekitar Kampung Pitu, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul.KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Suasana di sekitar Kampung Pitu, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com