Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dusun Kedung Gondang di Semarang Siapkan Wisata Taman Batu Lukis

Kompas.com - 24/07/2023, 16:06 WIB
Dian Ade Permana,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Memiliki wilayah geografis yang dikelilingi Sungai Bade menjadikan Dusun Kedung Gondang di Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, kaya akan batu kali.

Batu-batu itu tak hanya dimanfaatkan sebagai material, tapi juga media lukis sekaligus media edukasi bagi anak-anak. Hampir setiap sore selama kurang lebih dua minggu ini, puluhan anak-anak melukis batu, yang selanjutnya disusun menjadi taman batu lukis.

Baca juga:

Taman batu lukis dan fasilitas wisata lainnya

Kepala Dusun Kedung Gondang, Pujioto Sriaminto mengatakan, taman batu lukis tersebut akan menjadi salah satu spot wisata yang sedang dalam proses.

"Sebelumnya memang sudah ada desa wisata yang melibatkan warga, kita menjual konsep tradisional, menjajakan suasana pedesaan, sungai, dengan kuliner tradisional. Karena terus berkembang makanya kita kembangkan," ujar Pujioto, Minggu (23/7/2023).

Ia melanjutkan, desa wisata tidak hanya identik dengan bangunan fisik. Pihaknya pun membangun kolam renang dan pusat kuliner sebagai fasilitas pelengkap agar pengunjung nantinya semakin nyaman.

Kolam renang dan pusat kuliner tersebut akan memakai lahan bengkok seluas 5.000 meter persegi.

"Kami memang mendahulukan swadaya masyarakat, itu sangat luar biasa karena semua gotong royong, dengan demikian akan dijaga dan semua merasa memiliki. Rencananya akhir tahun akan diresmikan," terangnya.

Baca juga:

Adapun wilayahnya, tutur Pujioto, berpotensi sebagai desa wisata karena didukung alam yang bagus. Mulai dari sungai, tebing setinggi 50 meter, persawahan, hingga perkebunan, ditambah masyarakat yang toleran.

Ia berpendapat, pembangunan pariwisata di kampungnya untuk semakin mengenalkan potensi yang ada sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga. Salah satunya adalah tanaman ketela.

"Ketela selama ini hanya buat makanan sapi, tapi setelah diolah menjadi makanan tradisional, harganya menjadi lebih baik. Ini kan warga jadi bertambah pemasukannya," kata Pujioto.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com