KOMPAS.com - Masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) memilki tradisi unik untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan RI pada 17 Agustus. Tradisi unik perayaan 17 Agustus di Lombok tersebut adalah peresean.
Tradisi turun temurun tersebut, menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di Lombok. Banyak wisatawan nusantara maupun mancanegara yang menyaksikan pertunjukkan peresean di Lombok.
Baca juga:
Lantas, apa yang dimaksud dengan tradisi peresean? Simak ulasannya berikut ini.
Tradisi peresean adalah tradisi turun temurun masyarakat Suku Sasak di Lombok, NTB yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Peresean adalah pertarungan antara dua pria, yang biasa disebut sebagai pepadu. Pertarungan dua pepadu tersebut menggunakan senjata tongkat rotan atau penjalin dan perisai dari kulit kerbau tebal dan keras atau ende, berdasarkan informasi dari website Dinas Pariwisata NTB.
Tongkat rotan itu berfungsi untuk menyerang lawan, sementara perisai untuk melindungi tubuh dari serangan. Para pepadu, mengenakan celana yang dibalut dengan penutup kain khas Lombok dan ikat kepala.
Sementara, bagian atas badan mereka tidak mengenakan baju alias bertelanjang dada. Tradisi ini memang cukup ekstrem, lantaran para petarung bisa saja terluka hingga berdarah.
Baca juga:
Meskipun termasuk dalam kesenian tradisional yang ekstrem, peresean memiliki sejumlah pesan moral.
Bukan sekadar adu ketangkasan semata, peresean bermakna persaudaraan dan sikap ksatria seorang laki-laki yang diuji melalui permainan, seperti dikutip dari Wonderful Indonesia.
Peresean juga menguji sportivitas para petarung karena harus menghindari perbuatan curang. Selain itu, terdapat nilai patriotisme yang berkaitan dengan sejarah Suku Sasak
Sumber lain menyatakan bahwa masyarakat Suku Sasak meyakini bahwa peresean merupakan sarana permohonan kepada Tuhan agar menurunkan hujan, seperti dikutip dari Kompas.com (16/1/2023). Masyarakat Suku Sasak mempercayai bahwa semakin banyak darah tumpah, maka kemungkinan hujan turun akan semakin nyata.
Kepercayaan ini diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang Suku Sasak.
Lihat postingan ini di Instagram