Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

45 Karya Lukis Anak Bangsa Dipamerkan di Museum Basoeki Abdullah

Kompas.com - 13/10/2023, 20:41 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Museum Basoeki Abdullah (Musbadul), Jakarta Selatan, memajang 45 karya seni anak bangsa yang memenangkan lomba bertema "Menyongsong Hari Esok", dari Jumat (13/10/2023) hingga Kamis (30/11/2023). 

Diadakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-22 museum, lomba ini telah dilaksanakan mulai Jumat (11/8/2023) hingga Rabu (20/9/2023).

Baca juga:

Adapun tema lomba berangkat dari salah satu karya Basoeki Abdullah bertajuk “Menyongsong Hari Esok”, mencerminkan kegelisahan dan asa anak serta remaja akan masa depan bumi.

“Kami mengajak anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, untuk menggali ide dan proses kekreativitasan mereka untuk menyuarakan pandangan mereka terhadap isu krisis iklim yang saat ini menjadi prioritas untuk kita semua,” kata Kurator dan Dewan Juri Lomba Karya Seni “Menyongsong Hari Esok”, Gie Sanjaya dalam keterangannya, Jumat (13/10/2023).

“Melalui hasil karya seni lukis tersebut, kita tidak hanya dapat mencerminkan tantangan, tetapi juga reaksi dan tindakan yang kita lakukan, demi masa depan yang lebih berkelanjutan,” imbuh dia.

Adapun perubahan iklim dan pemanasan global memang menjadi salah satu isu lingkungan yang menjadi prioritas seluruh penduduk di bumi.

Baca juga:

Gunakan pewarna alami

45 karya seni terpilih dari anak bangsa akan dipamerkan di Museum Basoeki Abdullah di Jakarta Selatan, pada tanggal 13 Oktober - 30 November 2023.Dok. Museum Basoeki Abdullah 45 karya seni terpilih dari anak bangsa akan dipamerkan di Museum Basoeki Abdullah di Jakarta Selatan, pada tanggal 13 Oktober - 30 November 2023.

Kegiatan lomba karya seni ini juga memiliki misi untuk menanamkan beragam pengetahuan mengenai seni dan budaya tradisional di Indonesia.

“Berangkat dari misi tersebut, para anak dan remaja ditantang untuk melukis dengan menggunakan bahan pewarnaan alami,” ujar Gie.

Hal ini, kata dia, bertujuan untuk mengingat dan menggali pengetahuan tradisional akan ragam pewarnaan alami.

Serta, menyadari pentingnya bergotong royong, berbagai tugas, saling berbagi pengetahuan, berkarya bersama, mengelola mental, emosional, berinovasi ragam produk estetika yang ramah lingkungan, kolaboratif antara guru, pelajar, keluarga, dan komunitas.

Salah satu Dewan Juri perwakilan dari komunitas Perkumpulan Warna Alam Indonesia (WARLAMI), Suroso mengatakan, yang mengejutkan adalah hasil eksplorasi dari para anak-anak dan remaja dalam menggunakan bahan pewarnaan alami.

“Warna-warna yang dihasilkan melalui medium yang mereka pilih dan gunakan, akhirnya menghasilkan karya seni dengan warna yang sangat natural, indah, dan beragam,” tutur Suroso.

Baca juga: Cara ke Museum Basoeki Abdullah Naik MRT, Dekat dari Stasiun MRT Fatmawati

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com