JAKARTA, KOMPAS.com - Menjelang pergantian tahun, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyampaikan beberapa tren pariwisata yang akan ramai pada tahun 2024.
Generasi Z (Gen Z) dan milenial diprediksi akan mulai mendominasi dengan memilih konsep pariwisata yang personalized (dipersonalisasi), customized (disesuaikan), localized (dilokalkan), dan smaller in size (berukuran lebih kecil). Salah satunya, penginapan model cabin (kabin).
Baca juga: Ubeatz, Kafe Kabin Kekinian di Jakarta yang Tawarkan Serunya Karaokean dan Nonton Film
"Mereka mulai mencoba akomodasi model baru, seperti (yang) saya tinggali di Danau Toba yaitu cabin. Harga Rp 600.000 rupiah per malam, enggak terlalu murah tapi juga enggak terlalu mahal," kata Sandiaga saat agenda "Indonesia Tourism Outlook 2024" di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Memiliki harga yang masih cukup dijangkau oleh wisatawan, terutama generasi muda, penginapan model cabin dinilai menawarkan keunikan yaitu alam, budaya, dan petualangan.
"Jadi 3S yang dulu kita dorong, sun (matahari), sea (laut), and sand (pasir) bergerak menuju serenity (kedamaian), spirituality (spiritualitas), and success (sukses). Ini yang akan 2024 trennya akan semakin kuat," terangnya.
Baca juga:
Senada, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani menyampaikan, penginapan tipe cabin menjadi populer karena berasal dari kreativitas dan inovasi baru.
Ia juga menyebut soal Bobobox, pengelola jaringan akomodasi model cabin (Bobocabin) dan kapsul. Dikutip dari Antara, Kamis (20/4/2023), Bobocabin merupakan akomodasi kabin modular berbasis teknologi yang menyatu dengan alam.
"Kayak Bobobox melahirkan kreativitas itu sekarang, Bobocabin, kan enggak murah juga, tapi nyatanya orang mau beli. Jadi saya yakin pariwisata ke depan akan jauh lebih baik karena para pelakunya juga kreatif dan masyarakat menjadikan ini gaya hidup," jelas Haryadi.
Apalagi, ia menambahkan, jika orang dahulu banyak yang masih berpikir untuk liburan, saat ini generasi muda seperti Gen Z bisa menghabiskan lebih banyak pengeluaran untuk wisata.
"Kalau dulu kan orang liburan mikir, 'Ngapain sih?', sekarang Generasi Z dan Alfa mikirnya enggak gitu kan, pokoknya ada duit, spending saja (buat liburan)," tuturnya.
Baca juga: Masa Kampanye Tak Berpengaruh pada Reservasi Hotel di DIY