KOMPAS.com – Angkringan merupakan tempat makan sederhana yang banyak dijumpai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Tak hanya di daerah tersebut, angkringan kini sudah menyebar ke berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Tempat makan sederhana ini biasanya jadi tempat nongkrong masyarakat dengan sajian, seperti aneka sate, nasi kucing, wedang teh, dan wedang jahe.
Baca juga: Resep Sate Tempe ala Angkringan, Sedap Pakai Ebi
Namun, dari manakah angkringan berasal? Jawabannya adalah Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Lihat postingan ini di Instagram
Desa ini mendapat julukan sebagai Desa Cikal Bakal Angkringan. Terdapat monumen angkringan yang diresmikan langsung oleh Bupati Klaten Sri Mulyani pada 26 Februari 2020.
Selain monumen, jejak cikal bakal angkringan di Desa Ngerangan, juga bisa dilihat di Museum Angkringan.
Museum yang bertempat di salah satu rumah warga bernama Gimo ini berlokasi di Dukuh Sawit, RW 01, Desa Ngerangan.
Baca juga: Jaga Kualitas, Pemkot Yogyakarta Bakal Bikin Standardisasi Angkringan
Kompas.com sempat berkunjung langsung ke Museum Angkringan di Desa Ngerangan ini pada Sabtu (13/1/2024).
Saat itu, Kompas.com dipandu masyarakat setempat yang juga inisiator Museum Angkringan bernama Gunadi.
“Museum Angkringan ini didirikan pada tahun 2020,” kata dia kepada Kompas.com di lokasi, Sabtu.
Di Museum Angkringan, wisatawan bisa belajar seputar sejarah angkringan, mulai dari bentuk awal angkringan yang dulu dipikul sampai menjadi gerobak seperti sekarang.
Ada pula penjelasan seputar tokoh-tokoh yang terlibat dalam penciptaan angkringan pertama kali, yakni Mbah Karso Djukut, Mbah Wono, dan Mbah Wiryo Je.
Baca juga: Kiat Sukses Usaha Angkringan Laris Manis di Tengah Persaingan
Sejarah angkringan bermula saat Mbah Karso diajak pindah ke Kota Solo pada tahun 1940 oleh Mbah Wono. Mbah Karso kemudian mulai berjualan terikan (menjual makanan dengan memikul tumbu dengan tambir di atasnya).
Terikan kemudian mulai berubah menjadi angkringan generasi pertama tahun 1943 ketika Mbah Karso mulai menyediakan minuman.
Bentuk angkringan generasi pertama ini adalah dipikul seperti terikan, tetapi terdapat ceret untuk minuman kopi, teh, dan jahe. Sementara, makanan yang dijual berupa gorengan, singkong rebus, dan ubi rebus.
Pembeli pun harus nongkrong atau nangkring untuk menikmati sajian makanan dan minuman ini, sehingga penjual kuliner semacam ini disebut angkring atau nangkring yang familier dengan sebutan angkringan.
Untuk belajar sejarah angkringan di Museum Angkringan, pengunjung hanya perlu membayar seikhlasnya dan mengisi buku tamu.
Baca juga: Angkringan Puncak Bibis di Yogyakarta: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute
Jika ingin berkunjung ke Museum Angkringan, saat ini pengunjung bisa melakukannya kapan saja dengan terlebih dahulu menghubungi pengelola +62 813-2930-9066 (Gunadi atau Mr. Gugun).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.