Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Manisnya Flores...

Selama enam hari yang dimulai pada Sabtu (12/8/2017), tim Jelajah Sepeda Flores yang digelar Kompas membelah Nusa Nipa atau Pulau Ular dengan bersepeda.

Tak seperti event sepeda yang digelar Kompas sebelumnya, kali ini, para pesepeda mendapat suguhan panorama lengkap.

Daratan, pegunungan dan lautan dalam sekali jelajah. Ditambah ramahnya warga Flores.

Ada 50 pesepeda yang bergabung dalam jelajah dengan enam etape itu.

(BACA: Kisah Cinta dalam Jelajah Sepeda Flores...)

Rutenya, yakni start di Maumere kemudian menuju Kelimutu-Riung-Bajawa-Ruteng-Wae Rebo hingga berakhir di Labuan Bajo.

Setiap hari, rombongan diajak panitia singgah di tempat wisata yang dilewati.

Kami juga singgah di Pantai Koka. Di sana, para pesepeda makan siang, beristirahat sambil menikmati indahnya pantai berpasir putih.

(BACA: Enam Hari Membelah Flores dengan Sepeda)

Soal penginapan tak melulu di hotel. Para pesepeda dari beragam profesi itu juga merasakan bermalam di Pulau Rutong di Taman Wisata Alam 17 Pulau.

Suguhannya membuat hati gembira. Berbagai olahan ikan laut segar ditambah live music di pinggir pantai. Setelah perut kenyang, tinggal berdansa di atas pasir putih.

(BACA: Atraksi Caci, Ketika Para Petarung Flores Saling Adu Pukul)

Di sana, tim pesepeda melihat ribuan kelalawar bergelantungan di pohon. Ketika diganggu dengan suara sirine yang keluar dari alat pengeras, kawanan kelelawar itu langsung beterbangan mengelilingi pulau.

Panitia juga mengajak melihat budaya masyarakat Flores di kampung tradisional di Bena dan Wae Rebo serta sawah jaring laba-laba. 

Ia pertama kali menginjakkan kaki di Flores pada Agustus 2016 ketika mengikuti Jelajah Sepeda Flores-Timor yang digelar Kompas.

Empat bulan kemudian, ia kembali bersama keluarganya dan teman-teman untuk liburan.

Stef tak bosan kembali mengikuti Jelajah Sepeda Flores diulangi Kompas dengan rute berbeda.

"Panoramanya ngga usah cerita, itu bagus. Ngga ada habisnya, luar biasa," kata Stef.

Enam hari perjalanan, tim jelajah disambut hangat warga yang dilewati. Mereka berkerumun di pinggir-pinggir jalan begitu melihat rombongan bersepeda melintas.

Para bocah kerap membuat tawa. Dari kejauhan, mereka sudah berlari mendekati rombongan.

Ada yang kegirangan, berteriak, berjoget, tertawa dan beragam ekspresi lain. Apalagi kalau melewati sekolah dasar. Meriah!

Tak sedikit yang menyapa "halo, mister". Mereka menyangka kami rombongan turis asing.

Beberapa pesepeda merelakan bekal cemilan yang mereka bawa untuk diberikan kepada anak-anak.

"Selamat pagi", "selamat siang", "selamat sore", "semangat", begitu sapaan para mama atau bapa kepada para pesepeda. Senyum mereka mengembang.

Ada juga yang menawarkan singgah untuk beristirahat sejenak. "Istirahat dulu. Jangan paksa (gowes)," kata seorang mama kepada penulis.

Alois Wisnuhardana, salah satu peserta punya pengalaman menarik bersama warga.

Pada etape II, rombongan berhenti untuk makan siang dan istirahat di Desa Tenera, Ende.

Saat itu, Wisnu berhenti di depan rumah warga tak jauh dari lokasi istirahat. "Saya masuk ke rumah, meminta izin sekadar istirahat," katanya.

Penghuni rumah menyambutnya. Pisang goreng hangat disuguhkan. Mereka lalu berbincang banyak hal.

"Pas ngobrol mau minum, malah ditawari moke. Ya sudah, siang-siang menenggak moke itu. Membakar bener itu," ucap Wisnu sambil tertawa.

Moke adalah minuman tradisional beralkohol khas Flores. Moke adalah hasil penyulingan buah dan bunga pohon lontar maupun enau.

Moke adalah simbol adat, persaudaraan dan pergaulan bagi masyarakat Flores.

Warga juga mendoakan rombongan agar selamat hingga finish. Saat singgah di Pantai Muara Borong di Manggarai, para tokoh adat setempat menggelar ritual Kepok Manuk Bakok.

Ayam kampung berwarna putih dipadukan dengan tuak yang simpan dalam Tawu diserahkan kepada perwakilan rombongan.

Ritual itu digelar untuk memohon keselamatan kepada Yang Kuasa.

Ritual sama juga dilakukan ketika rombongan dijamu Bupati Manggarai Deno Kamelus di rumah dinas Bupati.

Akhirnya, jelajah berakhir di Labuan Bajo pada Kamis (17/8/2017) sore. Tak ada masalah berarti selama perjalanan.

Lelah para pesepeda akan hilang setelah menggilas tanah Flores dengan sejuta kelokan. Namun, manisnya Flores akan tetap membekas.

https://travel.kompas.com/read/2017/08/25/081000227/manisnya-flores-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke