Gereja St Paul terbakar pada 1595 dan 1601. Gereja ini mulai dibangun kembali tahun 1602 dan selesai tahun 1644 dengan bangunan yang jauh lebih besar. Bagian fasadnya dipenuhi dengan detail.
Terdapat relief berbagai motif, seperti bunga krisan, peoni, bulan, matahari, dan inskripsi China. Keseluruhan fasad merupakan perpaduan sempurna antara budaya Barat dan Timur.
Pada 1835 gereja kembali terbakar dan hanya menyisakan bagian fasad. Di bagian belakang fasad kemudian didirikan Museum Sacred Art and Crypt yang buka hingga pukul 18.00 dan gratis masuk.
Koleksi museum terletak di ruang bawah tanah dan merupakan barang-barang peninggalan gereja yang tersisa, seperti patung, lukisan, simbol-simbol kebesaran, hingga tulang-belulang para martir.
Pengunjung akan disambut oleh tumpukan batu-batu besar penyusun bangunan yang berasal dari tahun 1602.
”Egg tart”
Untuk menuju Reruntuhan St Paul dari Lapangan Senado, kita melewati jalanan sempit yang menurun kemudian menanjak, diapit oleh toko-toko yang kebanyakan menjual oleh-oleh.
Jangan lupa mencicipi egg tart atau egg roll, penganan khas setempat hasil pengaruh Portugis. Kue ini semacam pia susu di Bali. ”Rasa egg tart di sini beda, lebih enak daripada yang dijual di Hongkong,” kata Desi, seorang pengunjung.
Kulit pastry egg tart yang berlapis-lapis terasa renyah dengan bagian tengah yang lunak, hangat, dan manis karena terbuat dari susu, kuning telur, dan gula.
Ruas jalan menuju Reruntuhan St Paul ini semacam pusat kuliner, setelah di sekitar area Lapangan Senado bangunannya banyak dimanfaatkan sebagai pusat pertokoan yang menawarkan berbagai produk mode merek lokal hingga merek dunia kenamaan.
Makau merupakan koloni Portugis yang kemudian dikembalikan kepada Tiongkok tahun 1999. Sama seperti Hongkong, Makau merupakan daerah administrasi khusus dari RRT atau special administrative region (SAR) yang menganut sistem ”satu negara dua sistem”.
Mereka memakai sistem perdagangan, imigrasi, dan mata uang sendiri, tetapi mengikuti sistem militer dan kebijakan yang diterapkan Tiongkok. Makau dulunya kota pelabuhan yang menjadi gerbang perdagangan jalur sutra yang menuju Roma.
Selain bangunan-bangunan bergaya Eropa, terdapat pula kuil-kuil yang juga terpelihara dengan baik. Begitu identiknya dengan wajah Eropa, Makau kemudian membuat pusat hiburan baru dengan gaya taman tematik di Dermaga Nelayan Makau atau Macau Fisherman’s Wharf.
Jaraknya hanya 10 menit berjalan kaki dari terminal Hongkong-Macau Ferry Pier atau beberapa menit saja dengan menumpang bus.