Rupanya, turis tersebut mencari tahu lebih banyak mengenai Banyuwangi setelah menonton Jaranan Buto itu. Setelah tahu ada banyak keindahan alam di Banyuwangi, ia tertarik mengunjunginya. Ini, kata Maryanto, menunjukkan bahwa penampilan Ikawangi sebagai upaya promosi wisata telah menunjukkan hasil.
Dia mengatakan, Ikawangi Malaysia ini terbentuk pada 2014 dan telah dua kali membantu Kementerian Pariwisata berpromosi. Tugas pertama mereka adalah menari dalam acara Putrajaya International Hot Air Balloon Fiesta VIII di Putrajaya, Malaysia, Maret lalu.
Sebelum dirangkul Kementerian Pariwisata, kelompok seni dalam Ikawangi Malaysia ini kerap tampil di sejumlah hajatan yang digelar warga Malaysia, seperti perkawinan. Paling tidak dalam satu bulan ada dua kali pementasan. Selain menampilkan tari Jaranan Buto, mereka juga menampilkan kesenian campur sari.
Semua kegiatan seni itu berawal dari inisiatif Paimun (49), mantan penari Jaranan Buto di Banyuwangi yang kini bekerja di Malaysia sebagai sopir bus. Laki-laki yang menjadi TKI di Malaysia sejak 1988 itu mengajak TKI asal Banyuwangi lainnya memopulerkan Jaranan Buto di Malaysia.
Mereka berlatih di Meru setiap akhir pekan ketika mereka libur. ”Awalnya ini jadi wadah kumpul, main gamelan, lalu menari sekalian. Ternyata banyak yang berminat,” katanya.