Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Djiauw Kie Siong, Pemilik Rumah di Rengasdengklok yang Disinggahi Bung Karno

Kompas.com - Diperbarui 16/08/2021, 20:09 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

RENGASDENGKLOK, KOMPAS.com - Pada 16 Agustus 1945, lepas subuh, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
 
Soekarno bersama Fatmawati, juga putranya yang masih bayi, Guruh Soekarnoputra, pergi ke Rengasdengklok.
 
Mereka dikawal oleh Soekarni, Shodancho Singgih, Jusuf Kunto, dan tokoh-tokoh lainnya.

Soekarno dan Hatta singgah di rumah milik Djiauw Kie Siong. Padahal rencana awal, Sang Proklamator akan ditempatkan di markas PETA (Pembela Tanah Air).

Baca juga: Saksi Bisu Teks Proklamasi di Rengasdengklok

"Soekarno dan Hatta datang pagi hari ke rumah Djiauw Kie Siong. Kenapa datang ke sini? Karena rumah ini tak mencolok," kisah sejarawan Rushdy Hoesein kepada Kompas.com di Rumah Djiauw Kie Siong dalam sebuah kunjungan pada Agustus 2017.

"Rencana awalnya itu tempat kumpulnya di markas PETA. Dipilih rumah Djiauw ini karena jauh dan tertutup rimbun pohon," lanjutnya.

Rumah asli Djiauw Kie Siong mulanya berada di pinggiran Sungai Citarum di Kampung Bojong.

Namun pada 1957, rumah dipindahkan di lokasi yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat aslinya.

Cucu Djiauw Kie Siong, Yanto Djuhari (68) atau juga dikenal dengan nama Liauw Cing Lan yang kini mengelola rumah kakeknya di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Djiau Kie Siong adalah pemilik rumah yang pernah disinggahi oleh Bung Karno dan Hatta sebelum proklamasi berlangsung.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Cucu Djiauw Kie Siong, Yanto Djuhari (68) atau juga dikenal dengan nama Liauw Cing Lan yang kini mengelola rumah kakeknya di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Djiau Kie Siong adalah pemilik rumah yang pernah disinggahi oleh Bung Karno dan Hatta sebelum proklamasi berlangsung.
Profesi Djiauw Kie Siong

Lalu siapakah sebenarnya Djiauw Kie Siong? Yanto Djuhari (68), cucu dari Djiaw Kie Song, mengisahkan bahwa kakeknya adalah seorang petani yang tinggal di sekitar Sungai Citarum.

"Kakek sih petani dan pedagang juga. Kakek bertani sawah dan berladang palawija. Dulu kakek punya sawah sekitar dua hektar. Kakek sudah bertani lebih dari 20 tahun sejak 1930," kata laki-laki yang memiliki nama Tionghoa Djiaw Tiang Lin itu.

BACA: Pasca HUT RI, Obyek Wisata Sejarah di Rengasdengklok Ramai Pengunjung

Selama bertani, Djiauw Kie Siong menanam singkong, timun, kacang dan terong. Biasanya setelah panen, tengkulak datang ke rumahnya untuk memborong.

Djiaw Kie Siong adalah warga keturunan Tionghoa Hakka. Menurut cucunya, Djiaw Kie Song lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo, Karawang.

Rumah sejarah Djiauw Kie Siong di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017). Rumah Djiauw Kie Siong merupakan tempat persinggahan Bung Karno dan Hatta saat dibawa oleh generasi muda pada 16 Agustus 2017.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Rumah sejarah Djiauw Kie Siong di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Jawa Barat, Sabtu (19/8/2017). Rumah Djiauw Kie Siong merupakan tempat persinggahan Bung Karno dan Hatta saat dibawa oleh generasi muda pada 16 Agustus 2017.
"Kakek juga pembuat peti mati. Dulu ada yang suka membawa bahan peti mati. Lama-kelamaan suka buat sendiri, dipahat sendiri. Dia buat peti mati untuk masyarakat sekitar Karawang," jelasnya.
 
 
Menurut Yanto, kakeknya juga tergabung sebagai tentara PETA (Pembela Tanah Air). Kakeknya pernah mendapatkan pangkat di PETA.
 
"Kakek sakit paru-paru. Meninggal tahun 1964," ujar Yanto.
 
Salah satu sudut Sungai Citarum yang pernah jadi tempat berdirinya Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong sebelum dipindahkan sekitar tahun 19657. KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Salah satu sudut Sungai Citarum yang pernah jadi tempat berdirinya Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong sebelum dipindahkan sekitar tahun 19657.
Keluarga Djiauw Kie Siong
 
Djiauw Kie Siong hidup dua bersaudara dan memiliki sembilan anak. Dua dari sembilan anak tersebut adalah anak dari hasil perkawinannya yang kedua.
 
Adapun anak-anaknya adalah Djiau Kang Hin, Djiaw Kie Hin, Djiaw Nyim Hin, Djiaw Kie Sin, Djiaw Kap Nyong, Djiaw Ten Nyong, Djiaw Yat Nyong, Djiaw Lie Nyong, dan Djiaw Tiang Moy.
 
Rushdy mengatakan Djiaw Kie Siong adalah orang yang tidak terpikir akan muncul dalam sejarah Indonesia.
 
Djiauw Kie Siong hanya kebetulan dipilih rumahnya untuk tempat singgah Bung Karno.
 
 
"Kalau di buku sejarah itu dia dikenal hanya sebatas rumahnya dipakai. Di dalam Wikipedia yang baru, nama Djiauw Kie Song itu namanya Stephen yang mau baca proklamasi. Bukan. Proklamasi itu ditulis di rumah Tadashi Maeda dan Bung Karno itu tidak menginap," ujar Rushdy.
 
Rushdy menegaskan bahwa naskah proklamasi disusun di rumah Laksamana Maeda. Sementara itu, Soekarno dan Hatta tidak sempat menginap di rumah Djiauw Kie Siong.
 
Soekarno dan Hatta tiba di rumah Djiauw Kie Siong pada 16 Agustus 1945 pagi hari. Achmad Soebarjo menjemput mereka pada magrib pada tanggal yang sama.
 
Rombongan ini pun tiba di Jakarta pada tengah malam jelang pergantian hari menjadi 17 Agustus 1945. Selanjutnya mereka pun berkumpul di rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol, untuk menyusun naskah proklamasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com