KULON PROGO, KOMPAS.com – Petang masih tiga jam lagi. Ini salah satu waktu yang pas untuk jalan-jalan menyusuri jembatan bambu yang membentang pada sebuah muara anak Sungai Bogowonto di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.
Kenapa memilih sore hari? Alasannya setelah tengah hari, wisatawan akan tetap fit jalan-jalan sambil menikmati pemandangan sepanjang jembatan itu karena sinar matahari tidak lagi membakar kulit.
Baca juga : Jalan-jalan ke Air Terjun Kedung Pedut Kulon Progo, Oh Indahnya...
Namanya Mangrove Jembatan Api-api (MJAA), diambil dari nama mangrove jenis api-api (Avicennia) yang tumbuh subur di sana. Destinasi ini berada di Desa Jangkaran, desa terluar dari Kulon Progo dan berbatasan dengan Purworejo, Jawa Tengah.
Ikuti petunjuk itu, lantas melintasi sawah-sawah, dan sampailah di pintu wisata. Di sana ada dua pilihan, yakni: mangrove Pasir Mendit (MJAA) atau Kadilangu. Keduanya, sama-sama indah.
Jembatan pun dibuat berliku, dibentuk pola hati (love), menerobos rimbun bakau, membentuk labirin mini, maupun 4 jembatan besar untuk menyeberangi sungai yang lebarnya sekitar 80 meter itu.
Jembatan dilengkapi menara pantau di beberapa titik, jembatan gantung, gazebo-gazebo untuk pasangan muda-mudi yang ingin mojok, hingga aula terbuka bentuk joglo di antara bakau untuk istirahat rombogan keluarga.
Kombinasi jembatan dan keasrian alam membuat semuanya jadi indah dan bagus sebagai latar belakang foto. Warga yang membangun kawasan itu rupanya cukup kreatif. Mereka juga menambahkan belasan spot foto yang mengesankan romantisme, seperti bentuk hati, dilorong mangrove, gembok cinta, gitar, dibikin tulisan cinta-cintaan, dll.
Berkendara roda dua, empat, hingga bus ukuran sedang pun bisa sampai ke lokasi ini. Hanya saja, mereka yang datang dengan bus besar harus turun di dekat jalan raya bersar, kemudian ikut mobil bak terbuka mangkal di sana dan bisa disewa.
Masuk ke sana, wisatawan cukup membayar parkir Rp 2.000 untuk sepeda motor, Rp 5.000 untuk mobil, atau 10.000 untuk bus ukuran sedang. Bayarlah tiket masuk Rp 3.000 per orang maka siapa pun boleh jalan-jalan di sini sampai lelah. Jangan lupa jajan di sana karena harganya murah dan pedagang tidak main getok harga.
Menantang Nyali
Salah seorang pengunjung mengaku selalu takjub dengan destinasi ini. Denys Chichi asal Bantul mengaku sudah 3 kali ke MJAA. Ia selalu mencoba hal yang menantang ketika berkunjung ke sini.
Chichi menunjuk jembatan untuk menyeberang sungai yang pijakan kayunya terikat tali tambang. “Dulu ke sini belum ada jembatan gantung ini. Yang ada ya jembatan lain. Ini menarik dan bikin teman saya takut. Menguji nyali,” kata Chichi.