Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2020, 17:07 WIB
Nabilla Ramadhian,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

Sumber Quartz

JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi global virus corona ( Covid-19 ) membuat sebagian masyarakat menggunakan masker. Tidak hanya yang sakit, tetapi juga yang sehat.

Masker yang dikenakan cukup beragam. Mulai dari masker kain, masker medis, hingga masker n95. Kendati demikian, masker medis dan masker n95 hanya diperuntukkan bagi tenaga medis.

Baca juga: Panduan Lengkap Masker Kain, Bedah dan N95 untuk Cegah Corona

Pasien ODP, PDP, dan mereka yang terkonfirmasi positif virus corona juga mengenakan masker medis dan masker n95.

Sementara masker kain dapat digunakan oleh masyarakat biasa walaupun dalam penggunaannya, kamu tetap harus menjaga jarak aman 1 – 2 meter.

Berdasarkan pengalaman Outbound Tour Leader, Jimmy S. Tjendraputro, masyarakat Korea Selatan saat ini juga mengenakan masker tersebut guna mencegah penyebaran virus corona.

Namun, bagaimana kebiasaan mereka dalam menggunakan masker sebelum wabah virus corona?

Untuk menahan batuk dan terpaan angin

Jimmy mengatakan bahwa masyarakat Korea Selatan hanya menggunakan masker saat mereka sedang sakit saja.

Berbagai bentuk dan gaya masker wajah digunakan warga untuk melindungi dirinya.AFP/ANDY WONG Berbagai bentuk dan gaya masker wajah digunakan warga untuk melindungi dirinya.

“Mereka tidak banyak yang menggunakan masker. Masker sebenarnya lebih ke arah kesehatan untuk menahan batuk dan pilek saja,” kata Jimmy, mengutip Kompas.com.

Baca juga: Pengalaman Tour Leader Indonesia di Tengah Kebiasaan Orang Jepang, China, Korea Pakai Masker

Selanjutnya, dia mengatakan bahwa dalam menggunakan masker, sebagian besar pria di Korea Selatan cenderung lebih sering menggunakan masker berwarna hitam atau biru tua.

Sementara sebagian besar wanita kerap menggunakan masker warna-warni.

Kendati masker lebih sering digunakan oleh mereka yang sakit, tetapi Jimmy mengatakan bahwa hampir seluruh masyarakat di Korea Selatan mengenakannya di musim dingin.

“(Menggunakan masker di musim dingin) untuk mencegah angin dingin. Kalau di musim biasa hanya mereka yang sedang batuk atau pilek saja yang menggunakan masker,” tutur Jimmy.

Jimmy menambahkan bahwa tidak semua masyarakat Korea Selatan menggunakan masker. Hanya mayoritas penduduk di beberapa kota besar seperti Seoul saja yang mengenakannya.

Sementara di daerah lain seperti Jeju dan Gwangju tidak terlalu terlihat. Beberapa penduduk di sekitar Gunung Seorak menggunakan masker karena udaranya dingin.

“Untuk di perkotaan, anak muda mayoritas pakai masker, orang tua biasa saja. Tapi semua akan pakai masker saat musim dingin,” ujar Jimmy.

Berbagai bentuk dan gaya masker wajah digunakan warga untuk melindungi dirinya.AFP/ANDY WONG Berbagai bentuk dan gaya masker wajah digunakan warga untuk melindungi dirinya.

Untuk mendapatkan masker kain, biasanya beberapa toko di pinggir jalan yang juga menjual aksesori banyak menjual masker tersebut. Sementara masker medis hanya ada di toko farmasi saja.

Fenomena penggunaan masker tidak asing di Korea Selatan

Mengutip Quartz, pemandangan masyarakat di beberapa negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, dan China merupakan sesuatu yang tidak asing lagi.

Baca juga: Orang Jepang, China, dan Korea Sering Pakai Masker, Ternyata Ini Alasannya...

Pemandangan tersebut juga tidak asing dilihat pada masyarakat Asia di Amerika. Hal ini dikarenakan sejak adanya wabah SARS pada 2002 dan kepanikan flu burung pada 2006.

Penggunaan masker beralih pada imigran Asia di Amerika. Bahkan mereka tetap mengenakan masker saat adanya virus Ebola meski jumlah infeksi virus tersebut di Amerika pada saat itu turun menjadi nol.

Kebiasaan menggunakan masker dapat ditarik pada beberapa tahun pertama abad ke-20 saat pandemi influenza terjadi.

Pandemi tersebut menyebabkan kematian 20 – 40 juta masyarakat di seluruh dunia, lebih banyak dari angka kematian saat Perang Dunia I. Terdapat wabah penyakit di setiap benua yang ada, termasuk Asia. 

Menutup wajah dengan syal, kerudung, atau masker menjadi cara untuk menangkal penyakit di beberapa belahan dunia hingga epidemi tersebut hilang di akhir tahun 1919.

Penggunaan masker dipengaruhi Taoisme

Masyarakat yang tinggal di yang negara-negara yang dipengaruhi Taoisme dan ajaran kesehatan pengobatan tradisional China seperti Korea Selatan mungkin memiliki alasan filosofi dibalik penggunaan masker.

Sebab, kedua hal tersebut dipandang sebagai elemen sentral kesehatan yang baik.

Seorang praktisi bersertifikat akupunktur dan obat herbal di Los Angeles bernama Michelle M. Ching mengatakn bahwa “Qi” merupakan konsep sentral di kosmologi China.

Berbagai bentuk dan gaya masker wajah digunakan warga untuk melindungi dirinya.AFP/ANDY WONG Berbagai bentuk dan gaya masker wajah digunakan warga untuk melindungi dirinya.

Konsep yang juga menjadi sentral dalam fisiologi tersebut umumnya memiliki kaitan dengan energi dan uap.

“Qi memiliki banyak arti dalam bahasa China termasuk udara (kong qi), atmosfer (qi fen), dan bau (qi wei). Hal ini mungkin alasan lain mengapa masker sangat diperlukan di China,” tutur Ching, mengutip Quartz.

“Kekuatan (li qi) dan patogen (xie qi). Saat qi dalam tubuh habis atau gerakannya berubah, rasa sakit dan penyakit akan berkembang. Bernafas menjadi sangat penting untuk menjaga qi dalam tubuh,” tambahnya.

Sementara itu, masuknya “feng” atau angin berbahaya dianggap sebagai yang paling kuat dan umum dalam penyakit yang disebabkan oleh “Enam Penyebab Eksternal” dalam dunia pengobatan tradisional China.

Ching menuturkan bahwa angin dapat menghembuskan pintu hingga terbuka, meniupkan udara dingin dari air ke daratan sekitarnya, atau menghembuskan api dari satu bagian hutan ke bagian lainnya.

“Analogi pintu berkaitan dengan pemahaman obat tradisional China terhadap bagaimana paparan angin dapat melemahkan pertahanan tubuh manusia,” tutur Ching.

Sebagai gambaran yang lebih jelas, Asia Timur memiliki banyak takhayul seputar udara dan angin. Takhayul paling terkenal adalah ketakutan untuk tidur di ruangan yang memiliki kipas angin listrik yang menyala.

Kepercayaan tersebut berasal dari Korea. Bahkan, di sana terdapat fobia kematian karena kipas angin yang hingga saat ini masih ada.

Di Asia Timur, kecenderungan mengenakan masker untuk mencegah paparan udara buruk merupakan sesuatu yang mendahului teori kuman penyakit dan meluas ke dasar budaya Asia Timur.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Quartz
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Pameran Flona 2023 Jadi Tempat Kenalkan Tanaman dan Hewan ke Anak

Pameran Flona 2023 Jadi Tempat Kenalkan Tanaman dan Hewan ke Anak

Travel Update
Tutup Sementara, Ketahui 6 Fakta Unik Patung Merlion Singapura

Tutup Sementara, Ketahui 6 Fakta Unik Patung Merlion Singapura

Jalan Jalan
Penutupan Bromo Akibat Kebakaran Tak Ganggu Kunjungan Wisata di Malang

Penutupan Bromo Akibat Kebakaran Tak Ganggu Kunjungan Wisata di Malang

Travel Update
5 Tips ke Pantai Senggigi Lombok, Sore tapi Jangan Kesorean

5 Tips ke Pantai Senggigi Lombok, Sore tapi Jangan Kesorean

Travel Tips
Pendakian Bukit Mongkrang Masih Tutup, meski Kebakaran Sudah Padam

Pendakian Bukit Mongkrang Masih Tutup, meski Kebakaran Sudah Padam

Travel Update
Wisata ke Flona 2023, Lihat Aneka Bunga Cantik dan Hewan Rp 50 Juta

Wisata ke Flona 2023, Lihat Aneka Bunga Cantik dan Hewan Rp 50 Juta

Jalan Jalan
Kebakaran di Bukit Mongkrang di Gunung Lawu Sudah Padam

Kebakaran di Bukit Mongkrang di Gunung Lawu Sudah Padam

Travel Update
Rute Bus Wisata Surabaya dan Jadwalnya 

Rute Bus Wisata Surabaya dan Jadwalnya 

Travel Tips
Cari Promo BCA tiket.com Travel Fair 2023, Dapat Tiket Pesawat ke Singapura Rp 400.000

Cari Promo BCA tiket.com Travel Fair 2023, Dapat Tiket Pesawat ke Singapura Rp 400.000

Travel Update
Turis China Disebut Takut ke Thailand Akibat Film dan Rumor di Internet

Turis China Disebut Takut ke Thailand Akibat Film dan Rumor di Internet

Travel Update
Harga Tiket Bus Wisata Surabaya dan Cara Pesannya 

Harga Tiket Bus Wisata Surabaya dan Cara Pesannya 

Travel Tips
Promo Hotel di BCA Tiket.com Travel Fair 2023, Bintang 4 mulai Rp 200.000

Promo Hotel di BCA Tiket.com Travel Fair 2023, Bintang 4 mulai Rp 200.000

Travel Update
Kota Tua di Surabaya Akan Dilengkapi Wisata Susur Sungai dan UMKM

Kota Tua di Surabaya Akan Dilengkapi Wisata Susur Sungai dan UMKM

Travel Update
Lebih dari 2 Juta Turis Asing ke Jepang pada Agustus, Mayoritas dari Korea

Lebih dari 2 Juta Turis Asing ke Jepang pada Agustus, Mayoritas dari Korea

Travel Update
Promo Tiket Pesawat di BCA Tiket.com Travel Fair 2023, ke Singapura PP Rp 1,3 Juta

Promo Tiket Pesawat di BCA Tiket.com Travel Fair 2023, ke Singapura PP Rp 1,3 Juta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com