Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Warga Baduy Tak Ingin Lagi Terima Wisatawan

Kompas.com - 10/07/2020, 17:23 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

KOMPAS.com - Sepucuk surat dari Lembaga Adat Baduy dilayangkan ke Presiden Joko Widodo, Gubernur Banten, Bupati Lebak hingga Kementerian/Lembaga terkait.

Surat dengan tiga cap jempol--Jaro Saidi sebagai Tangunggan Jaro 12, Jaro Aja sebagai Jaro Dangka Cipati, dan Jaro Madali sebagai Pusat Jaro 7 itu berisi permintaan menghapus Baduy dari peta kawasan wisata.

Ada beragam alasan yang melatari permintaan lembaga yang menaungi warga Baduy tersebut. Alasan yang kentara adalah persoalan sampah plastik di Baduy, Lebak, Banten.

Baca juga: Bagaimana Perubahan Baduy Sejak Menjadi Kawasan Wisata?

Lantas, bagaimana sengkarut soal Baduy yang kini kian panas?

Sampah plastik 

Pencemaran sampah plastik di Baduy adalah momok yang tak bisa lepas dari pengembangan pariwisata di kawasan tersebut.

Sebagai salah satu kawasan dengan suku yang memegang teguh adat istiadat, persoalan sampah plastik adalah hal genting. 

Terlebih, Suku Baduy memiliki cara hidup tradisional dan dekat dengan alam--sebuah filosofi yang diwariskan turun-temurun.  

Khusus Baduy Dalam, para warganya dikenal memegang teguh adat istiadat, salah satunya tidak memakai peralatan modern. Adapun kemasan plastik termasuk sebagai hal modern.

Namun, seiring perkembangan Baduy jadi kawasan wisata--tepatnya pada pemekaran Banten dari Jawa Barat, wisatawan mulai meningkat dan berimbas pada banyaknya sampah plastik.

Baca juga: Wisatawan Bikin Baduy Tercermar Sampah Plastik, Ini Kata Tur Operator

Dilansir dari BBC Indonesia, meningkatnya kunjungan wisatawan, ditambah ramainya usaha dagang warga yang sebagian besar menjual produk makanan minuman berkemasan plastik, mendatangkan persoalan baru.

Sampah plastik kian banyak ditemukan berserakan di sekitar pemukiman warga Baduy, yang juga area kawasan wisata.

Botol-botol minuman kemasan, bungkus plastik makanan ringan, juga sedotan adalah jenis sampah yang dominan ditemukan di jalan maupun di sungai atau di tempat sampah yang tersedia sepanjang jalan.

Baca juga: Liburan ke Baduy, Wisatawan Bisa Jajal Hidup ala Suku Baduy

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya juga mengakui jika keluhan para warga Baduy lantaran wilayahnya tercemar karena kunjungan wisatawan.

"Kenapa mereka keluarkan statemen seperti itu, karena banyak pengunjung tidak taat, bangun warung di sana dan buang sampah sembarangan," kata Iti ditemui di Pendopo Kabupaten Lebak di Rangkasbitung.

Sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh wisatawan banyak berserakan di sepanjang rute wisata Baduy.

Baca juga: Kawasan Wisata Baduy Masih Ditutup

Sementara itu, Marketing and Sales Bantamtraveler, Deri Hermawan, sependapat jika wisatawan kurang peduli lingkungan meski pihak Baduy sudah menyiapkan tempat sampah.

Deri menuturkan, di sepanjang jalur yang kerap dilalui wisatawan, banyak sekali tempat sampah yang terbuat dari bambu atau karung.

Kendati demikian, berdasarkan pengalamannya membawa wisatawan ke sana, hanya segelintir orang saja yang membuang sampah pada tempatnya.

CEO Kili Kili Adventure, Bima Pangarso, mengakui kawasan wisata Baduy tercemar sampah plastik, tetapi hanya Baduy luar saja yang mengalaminya.

“Sampah plastik lebih banyak di Baduy luar. Kalau di dalam, bahkan puntung rokok pun diambil. Baduy dalam sepengetahuan saya bersih,” ujar Bima.

 

 

Warga baduy saat beraktivitas di Desa Kanekes, Kecamatan Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (28/4/2020). Tidak hanya menutup aktivitas wisata, Pemerintah Desa Kanekes juga melarang warga Baduy untuk bepergian ke kota besar seperti Jakarta, untuk menghindari virus corona.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga baduy saat beraktivitas di Desa Kanekes, Kecamatan Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (28/4/2020). Tidak hanya menutup aktivitas wisata, Pemerintah Desa Kanekes juga melarang warga Baduy untuk bepergian ke kota besar seperti Jakarta, untuk menghindari virus corona.
Risih

Persoalan lain yang juga dikeluhkan karena kunjungan wisatawan adalah tersebarnya foto-foto wilayah Baduy dalam di internet.

Hal ini disampaikan oleh Heru Nugroho yang ditunjuk oleh Lembaga Adat Baduy sebagai jembatan dengan pemerintah.

Seperti diketahui, Baduy Dalam adalah kawasan yang sakral dan pendatang dilarang untuk mengambil foto. Tersebarnya foto-foto mereka di internet pun membuat risih.

"Membanjirnya wisatawan yang tujuannya enggak jelas, cuma nontonin orang Baduy, sebenarnya membuat mereka risih. Belum lagi masalah sampah dan lain-lain," kata Heru.

Baca juga: Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Masyarakat Baduy Syukuri Hasil Bumi

Respon kepala desa hingga bupati

Permintaan penghapusan Baduy dalam peta kawasan wisata mendapat respon dari berbagai pihak terkait, seperti Kepala Desa Kanekes hingga Bupati Lebak.

Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija, mengungkapkan baru mengetahui surat tersebut setelah membaca pemberitaan di media pada Senin (6/7/2020).

"Saya tidak tahu, tidak diberitahu kalau ada pertemuan seperti itu. Saat ini lagi mencari tahu siapa yang kirim surat tersebut," kata Saija saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/7/2020).

Adapun saat ini kawasan wisata Baduy tengah ditutup dari kunjungan wisatawan. Namun, penutupan tersebut hanya sementara pada saat pandemi Covid-19.

Saija memastikan bahwa penutupan kawasan tersebut tidak permanen.

Baca juga: Jangan Sembarangan Foto di Baduy dan Aturan Adat Lainnya

Sementara itu, Bupati Iti yang sudah mengetahui permintaan tersebutdari media sosial mengatakan perlu melakukan pertemuan dengan tokoh Baduy.

Ia juga akan memastikan surat dibuat melalui persetujuan tiga wilayah Baduy--Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana. Oleh karena itu, hingga kini pihaknya belum bisa mengambil keputusan terkait surat tersebut.

Sementara itu, Komisi IV DPR setuju jika menghapus wilayah suku Baduy dari peta kawasan wisata. Adapun Komisi IV DPR RI membidangi masalah lingkungan.

Komisi IV juga meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menambah areal hutan untuk suku Baduy sehingga mereka bisa menjaga lingkungan dengan baik.

"Ketika hari ini masyarakat Baduy minta tak ada kunjungan dan dicabut dari peta wisata, kami sangat setuju. Kami juga minta Presiden menutup Baduy dari destinasi wisata," kata Dedi kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (8/7/2020).

"Biarkan Baduy menjadi peradaban guru kita bersama dalam menjaga lingkungan," lanjutnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

Hotel Story
4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

Hotel Story
5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

Jalan Jalan
Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Jalan Jalan
BaliSpirit Festival 2024 Targetkan Partisipasi 3.000 Turis Asing

BaliSpirit Festival 2024 Targetkan Partisipasi 3.000 Turis Asing

Travel Update
Sertifikasi Halal di 3.000 Desa Wisata Dipercepat hingga Oktober 2024

Sertifikasi Halal di 3.000 Desa Wisata Dipercepat hingga Oktober 2024

Travel Update
5 Pantai di Cilacap, Cocok Jadi Lokasi Healing dan Surfing

5 Pantai di Cilacap, Cocok Jadi Lokasi Healing dan Surfing

Jalan Jalan
Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com