Selanjutnya, sinyal bahaya yang dipancarkan EPIRB akan ditangkap oleh satelit SAR. Sinyal tersebut kemudian diteruskan ke local user terminal yang dimiliki oleh Badan SAR Nasional (Basarnas).
Selanjutnya petugas Basarnas Command Center (BCC) yang siaga 24 jam akan menindaklanjuti sinyal marabahaya tersebut. Mereka akan memerintahkan kantor SAR Maumere untuk menindaklanjuti penanganan kondisi tersebut.
Kantor SAR Maumere kemudian menghubungi Posko Terpadu untuk berkoordinasi terkait penanganan sinyal marabahaya tersebut.
Posko Terpadu pun menginformasikan pada Basarnas tentang permintaan bantuan dari kapal Azymut dengan posisi yang jelas. Mereka meminta bantuan Basarnas untuk melakasanakan operasi SAR.
Baca juga: Air Terjun Cunca Jami yang Masih Tersembunyi di Sekitar Labuan Bajo
SAR Mission Coordinator (SMC) yang adalah SAR Maumere segera mengerahkan unsur SAR terpadu untuk melaksanakan operasi pencarian dan pertolongan.
Unsur tersebut terdiri dari SAR Labuan Bajo, TNI, Polri, otoritas pelabuhan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan potensi SAR yang lain.
SMC mengerahkan operasi darat, laut, dan udara. Unsur udara terdiri dari helikopter Basarnas. Operasi yang pertama kali dilakukan adalah operasi dari unsur udara.
Pasalnya dalam situasi darurat waktu adalah faktor yang sangat penting untuk menyelamatkan survivor. Karena dengan helikopter bisa menghemat banyak waktu, maka tim helikopter rescue jadi yang pertama digerakkan.
Baca juga: Yuk, Simak 3 Ide Wisata Berkelanjutan di Labuan Bajo
Survivor diperlihatkan menyalakan flare berwarna merah untuk memberi tanda di mana posisi mereka pada helikopter yang mendekat.
Setelah posisi survivor ditemukan, rescuer atau penyelamat dari dalam helikopter bersiap turun ke laut.
Ada dua teknik penyelamatan yang disimulasikan di sini. Pertama yakni dengan cara free jump. Penyelamat akan turun ke laut dengan cara melompat dari helikopter. Mereka lalu berenang hingga menemukan dan mencapai survivor untuk diangkut ke atas.
Setelah ditemukan, teknik kedua pun dilakukan. Yakni teknik hoisting yang menggunakan kabel khusus. Kabel ini akan mengangkat survivor dan rescuer ke atas helikopter.
Rescuer menunjukkan teknik tandem, di mana ia dan satu survivor diangkat bersamaan dengan kabel ke atas helikopter. Teknik ini dilakukan untuk menyelamatkan satu korban.
Korban tersebut harus berada dalam kondisi sadar dan tidak mengalami luka atau cedera serius.
Baca juga: 10 Tempat Wisata di Labuan Bajo, Bisa ke Mana Saja?