Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/06/2021, 18:46 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

 

KOMPAS.comYouth of May merupakan sebuah drama Korea (drakor) baru yang dibintangi oleh Lee Do-Hyun sebagai Hee-Tae dan Go Min-Si sebagai Myung-Hee.

Dalam drakor tersebut, mengutip sinopsisnya dalam Asian Wiki, diceritakan bahwa keduanya jatuh cinta pada Mei 1980. Tepatnya pada periode Gwangju Uprising.

Hee-Tae merupakan seorang mahasiswa kedokteran dengan semangat pantang menyerah. Sementara Myung-Hee adalah seorang perawat yang sudah bekerja selama tiga tahun, dan selalu berdiri melawan ketidakadilan.

Baca juga: Unik, Ada Pulau Berwarna Ungu di Korea Selatan

Melansir Forbes, Selasa (4/5/2021) diceritakan bahwa Hee-Tae kembali ke Gwangju yang pada saat itu merupakan lokasi di mana Perjuangan Demokratisasi Wangju terjadi.

Adapun, gerakan tersebut dimulai dengan protes mahasiswa dan berakhir dengan kematian dari ratusan pengunjuk rasa dan pengamat.

Nantinya, gerakan ini menghasilkan sebuah monumen bernama May 18th National Cemetery di Gwangju yang merupakan simbol dari kebebasan dan demokrasi.

Tempat wisata sejarah bernama May 18th National Cemetery di Korea Selatan.https://english.visitkorea.or.kr/ Tempat wisata sejarah bernama May 18th National Cemetery di Korea Selatan.

Gerakan yang dikenal sebagai Gwangju Uprising

Gwangju Uprising, mengutip Britannica, merupakan sebuah protes massal yang ditujukan pada pemerintah militer Korea Selatan yang terjadi di selatan Gwangju antara 18-27 Mei 1980.

Meski ditekan secara brutal dan awalnya tidak berhasil mewujudkan reformasi demokrasi di Negeri Ginseng, namun Gwangju Uprising dianggap sebagai momen penting dalam perjuangan Korea Selatan untuk demokrasi.

Baca juga: Hotel-hotel di Korea Tiadakan Perayaan Natal dan Tahun Baru, Kenapa?

Akar terjadinya pemberontakan dapat ditelusuri ke otoritarianisme presiden pertama Republik Korean, Syngman Rhee yang anti-komunis.

Menjabat selama 18 tahun, dia semakin represif khususnya terhadap oposisi politiknya, dan warga negara pada umumnya.

Tempat wisata sejarah bernama May 18th National Cemetery di Korea Selatan.https://english.visitkorea.or.kr/ Tempat wisata sejarah bernama May 18th National Cemetery di Korea Selatan.

Kondisi tersebut memicu demonstrasi besar-besaran yang dipimpin oleh mahasiswa pada 1960, dan penggulingan Rhee pada April pada tahun yang sama.

Negara tersebut akhirnya diperintah untuk waktu yang singkat oleh sistem parlementer.

Namun, kudeta militer yang dipimpin Jenderal Park Chung-Hee pada Mei 1961 menggusur pemerintah. Dia pun menjadi presiden dan tetap menjabat selama 18 tahun berikutnya.

Rakyat yang semakin ditekan

Sebagai seorang presiden, Park menekan oposisi politik dan kebebasan pribadi warga Korea Selatan. Dia juga mengontrol media dan kampus.

Baca juga: 5 Lokasi Syuting Drakor Start-Up di Korea Selatan, Ada Sungai Hangang

Pada 1972, dia memperkenalkan Konstitusi Yushin yang secara dramatis meningkatkan kekuasaan presiden dan menciptakan kediktatoran virtual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com