Bunga Edelweis di Indonesia ditemukan pertama kali oleh naturalis berkebangsaan Jerman bernama Georg Carl Reindwardt ketika berada di lereng Gunung Gede, Jawa Barat.
Ia menemukan bunga ini pertama kali pada 1819 yang berarti Edelweis sudah ada di Indonesia lebih dari 200 tahun.
Dikenal sebagai bunga yang tumbuh di pegunungan, Edelweis juga memiliki cara bertahan hidup yang kuat, bahkan di tanah tandus sekalipun.
Baca juga: Edelweis di Gunung Tak Boleh Diambil
Edelweis mampu membentuk mikoriza yang dapat memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
Pada September 2004, penduduk kawasan Dieng, Wonosobo meyakini bunga Edelweis sudah hancur akibat dijarah habis-habisan, sehingga nyaris punah.
Bahkan, seperti dilansir dari Harian Kompas yang terbit 18 September 2004, bunga Edelweis dijual di kawasan wisata Kawah Sikidang sebagai suvenir.
Baca juga: Balai TNGR: Masih Ada Pemetik Bunga Edelweis di Gunung Rinjani
Menurut masyarakat setempat, penjarah mengambil bunga Edelweis saat mencari kayu di gunung atau ketika menanam pohon cemara di Gunung Prau.
Meski sudah ada ancaman tegas terhadap mereka yang memetik bunga Edelweis di alam, tetap saja ada pendaki nekat. Keberadaan mereka tentu saja mengancam bunga Edelweis.
Tercatat beberapa kasus pemetikan bunga Edelweis di gunung dalam periode waktu 2017-2020.
Baca juga: Nekat Petik Edelweis? Siap-siap Kena Sanksi Bayar Denda Rp 100 Juta
Misalnya pada 2017, ada lima pendaki mencabut bunga Edelweis di Gunung Rinjani.
Kemudian pada Juni 2018 terjadi pula peristiwa serupa di Gunung Ciremai, Jawa Barat. Ada sekelompok pendaki membawa turun bunga Edelweis.
Wisatawan yang ingin membawa pulang bunga Edelweis sebagai suvenir, hal ini ternyata bisa dilakukan.
Bukan di alam liar tentunya, melainkan di Desa Wisata Edelweis, Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Baca juga: Desa Wisata Edelweis Wonokitri, Tempat Resmi Beli Bunga Edelweis
Edelweis di desa ini sengaja dibudidayakan sekelompok petani dan dijual kepada wisatawan sebagai oleh-oleh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.