Sebuah kolam air yang biasa digunakan untuk mengambil air para peziarah terdapat di sisi kanan dari Patung Bunda Maria. Suasananya menenangkan karena kawasan goa jauh dari pemukiman warga.
Menurut catatan sejarah yang bisa dibaca saat kita mengunjungi Goa Tritis, awalnya Paroki Wonosari dipimpin oleh Rm Arcadius Donyawahjana Sj yang bertugas dari tahun 1963 hingga 1973.
Baca juga: Kawasan Wisata Gunungkidul dan Bantul Ditutup hingga PPKM Usai
Ia bersahabat dengan tokoh agama Budha bernama S. Hadisumarta. Keduanya sering datang ke Makam Ki Ageng Giring dan goa (saat itu belum diberi nama Goa Maria Tritis) untuk melakukan meditasi.
Jelang perayaan Natal tahun 1974, Pastor Proki R, Al. Hardjaasudarma SJ mendengar cerita seorang anak SD, yang menceritakan tentang keindahan goa, yang tak jauh dari ladang anak tersebut.
Setelah itu, akhirnya diketahui jika Rm Dibya sering datang bersama sahabatnya Hadisumarta ke goa ini.
Lalu timbul ide agar umat Katolik bisa berdoa di sana. Singkat cerita, tahun 1977, Goa Tritis resmi dibuka dan diberkati oleh Rm Siegfried Zagnweh SJ yang juga merupakan Pastor Paroki Wonosari. Selain itu juga dibuat patung Bunda Maria dari batu putih.
Nama "Tritis" diberikan karena adanya tetesan air dari atas melalui stalaktit yang ada. Tahun 1992, patung batu putih diganti lebih kecil yang terbuat dari semen.
Romo Paroki Wonosari Rm Sp Bambang Ponco Santosa SJ mengganti patung Bunda Maria menjadi berbahan batu hitam pada tahun 2011. Lalu diberkati oleh Mgr Yoh, Pujasumarta yang saat itu menjabat sebagai uskup Agung Semarang. Patung ini pun diberi nama "Maria Prantara Wahyu".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.