Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Weton Jawa, Karakter Dasar Seseorang Bisa Diketahui Lewat Wuku

Kompas.com - 02/09/2021, 11:11 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Hingga saat ini, weton Jawa masih dipercaya sebagian besar masyarakat Jawa untuk mengetahui karakter dasar seseorang.

“Dengan weton, kita dapat mengetahui nilai atau neptu-nya. Selain itu, sifat, perwatakan, atau karakter seseorang bisa dikenali melalui wetonnya,” jelas Filolog dan Konsultan Pawukon di Museum Radya Pustaka Surakarta Totok Yasmiran, Minggu (29/8/2021).

Baca juga: Weton Jawa, Penanda Hari Kelahiran yang Dihitung dengan Kalender Jawa

Namun menurut dia, karakter dasar seseorang tidak hanya bisa diketahui melalui weton yang dihitung dengan kalender Jawa, tetapi juga melalui pawukon (wuku) atau horoskop Jawa.

Walaupun memiliki weton yang sama, apabila wuku seseorang berbeda dengan orang lain, maka sifat orang tersebut sudah pasti berbeda.

Baca juga: Cara Hitung Weton Jawa dengan Kalender Jawa, Termasuk Weton Pernikahan

“Jadi ada watak berdasarkan weton dan ada watak berdasarkan pawukon atau horoskop Jawa. Jika di perbintangan yang kita kenal umumnya hanya ada 12, maka wuku ini berjumlah 30,” ungkap Totok.

Sebagai informasi, wuku adalah siklus tujuh hari yang diawali dari Ahad atau Minggu dan diakhiri pada Setu atau Sabtu.

Baca juga: Karakter Dasar Seseorang Berdasarkan Weton Jawa

Totok melanjutkan, masing-masing wuku memiliki nama tersendiri dengan wuku pertama dinamakan wuku Sinta dan wuku ke-30 dinamakan wuku Watugunung.

“Siklus wuku ini adalah tujuh harian, diawali dari Ahad dan diakhiri Sabtu. Demikian seterusnya hingga seseorang akan kembali pada wukunya lagi setelah 210 hari yakni 30 x 7 hari = 210 hari,” sambungnya.

Wuku dengan berbagai unsur

Totok mengatakan bahwa dalam setiap wuku, terdapat berbagai unsur berupa simbol seperti dewa, pohon, burung, gedhong (tipe rumah), umbul-umbul, dan senjata.

Ada pula simbol yang melambangkan keberuntungan maupun kesialan seseorang. Dirinya melanjutkan, terdapat cara untuk menetralisir sifat negatif atau kesialan dalam wuku.

Baca juga: Museum Radya Pustaka Surakarta Masih Tutup, Peminat Weton Jawa Harus Sabar

“Netralisir dengan melaksanakan selamatan yang ubarampe atau sarana dan prasarananya berbeda-beda menurut wuku masing-masing,” ujar dia.

Adapun, inti dari selamatan tersebut adalah untuk memohon kepada Tuhan agar dijauhkan dari kesialan dan diberi keselamatan.

Selamatan juga dilakukan untuk berbagi dan berderma kepada sesama. Totok menuturkan, peranan wuku sangat penting untuk mengenali watak pribadi maupun orang lain, termasuk pasangan yang bersangkutan.

Ilustrasi wayang.SHUTTERSTOCK / By Jaya Tri Hartono Ilustrasi wayang.

Contoh wuku: Wuku Maktal yang berpotensi punya banyak keturunan

Untuk memahami lebih lanjut, Totok mencontohkan seseorang yang lahir pada 14 November 1993. Jika dikonversi ke penanggalan Jawa, hasilnya adalah sebagai berikut:

Lahir

  • Ahad Pahing, 14 November 1993
  • 29 Jumadilawal 1926 Tahun Windu Sancaya
  • 29 Jumadilawal 1414H

Baca juga: Museum Radya Pustaka Tutup, Konsultasi Weton Jawa Buka Secara Virtual

Neptu

  • 14

Wuku

  • Maktal

Pangarasan

  • Lakuning Rembulan yang berarti simpatik, penuh daya tarik, dan serba menyenangkan

Baca juga: 5 Gunung Tertinggi di Jawa Tengah, Mana yang Sudah Kamu Daki?

Pancasuda

  • Wasesa Segara yang berarti pemurah, pemaaf, berwibawa, dan bertanggung jawab

Totok menjelaskan bahwa Wuku Maktal - Dewa Bathara Sakri memiliki sifat pemberani, berjodoh cantik atau tampan, serta berpotensi untuk memiliki banyak keturunan.

Simbol Wuku Maktal adalah sebuah gedung yang di atasnya terdapat umbul-umbul. Watak wuku ini adalah kaya dan punya kelebihan, meski disertai dengan watak sombong.

Baca juga: Dolan ke Solo, Jangan Lupa Lihat Kampung Batiknya

Simbol lainnya adalah pohon nagasari yang berarti memiliki tampang rupawan, gaya bicara yang enak, dipercaya, dan mendapat perhatian dari atasannya.

“(Simbol) burung ayam hutan, menjadi kesukaan orang besar. Pandai merangkai kata, siapa saja yang melihatnya banyak yangs uka, berwibawa,” kata Totok.

“Diibaratkan bagai gunung yang meletus, bicaranya agak menyia-nyiakan orang lain, tetapi jika sudah tua baik hati,” imbuh dia.

Baca juga: Tradisi Perayaan Satu Suro di Pura Mangkunegaran Surakarta

Lambang Wuku Maktal juga diibaratkan bagai sinar yang berjalan dan memancar. Wataknya dikaruniai pengetahuan tentang seluk-beluk hal kenegaraan.

Menurut Totok, orang berwatak tersebut juga mudah untuk membuat orang lain tertarik dengan apa yang mereka lakukan.

Cari tahu soal wuku di Museum Radya Pustaka Surakarta

Jika ingin mengetahui lebih lanjut dan berkonsultasi seputar weton, pawukon, atau ingin mengetahui lebih lanjut seputar wuku, kamu bisa berkunjung ke Museum Radya Pustaka di Kota Solo, Jawa Tengah.

“Pelayanan konsultasi tentang weton dan pawukon di Museum Radya Pustaka sudah lama ada dan ini merupakan daya tarik tersendiri,” ungkapnya.

Baca juga: Radya Pustaka di Kota Solo, Museum Tertua Indonesia

Kendati demikian, saat ini museum tersebut sedang menutup pintunya bagi wisatawan akibat PPKM di Jawa dan Bali.

Apabila sudah sangat penasaran dengan weton Jawa dan pawukon, Totok mengatakan bahwa museum membuka layanan tersebut secara virtual.

Jika ingin konsultasi weton atau pawukon secara online, kamu bisa langsung menghubungi Totok via WhatsApp +62818-0444-0051.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com