KOMPAS.com – Hingga saat ini, weton Jawa masih dipercaya sebagian besar masyarakat Jawa untuk mengetahui karakter dasar seseorang.
“Dengan weton, kita dapat mengetahui nilai atau neptu-nya. Selain itu, sifat, perwatakan, atau karakter seseorang bisa dikenali melalui wetonnya,” jelas Filolog dan Konsultan Pawukon di Museum Radya Pustaka Surakarta Totok Yasmiran, Minggu (29/8/2021).
Baca juga: Weton Jawa, Penanda Hari Kelahiran yang Dihitung dengan Kalender Jawa
Namun menurut dia, karakter dasar seseorang tidak hanya bisa diketahui melalui weton yang dihitung dengan kalender Jawa, tetapi juga melalui pawukon (wuku) atau horoskop Jawa.
Walaupun memiliki weton yang sama, apabila wuku seseorang berbeda dengan orang lain, maka sifat orang tersebut sudah pasti berbeda.
Baca juga: Cara Hitung Weton Jawa dengan Kalender Jawa, Termasuk Weton Pernikahan
“Jadi ada watak berdasarkan weton dan ada watak berdasarkan pawukon atau horoskop Jawa. Jika di perbintangan yang kita kenal umumnya hanya ada 12, maka wuku ini berjumlah 30,” ungkap Totok.
Sebagai informasi, wuku adalah siklus tujuh hari yang diawali dari Ahad atau Minggu dan diakhiri pada Setu atau Sabtu.
Baca juga: Karakter Dasar Seseorang Berdasarkan Weton Jawa
Totok melanjutkan, masing-masing wuku memiliki nama tersendiri dengan wuku pertama dinamakan wuku Sinta dan wuku ke-30 dinamakan wuku Watugunung.
“Siklus wuku ini adalah tujuh harian, diawali dari Ahad dan diakhiri Sabtu. Demikian seterusnya hingga seseorang akan kembali pada wukunya lagi setelah 210 hari yakni 30 x 7 hari = 210 hari,” sambungnya.
Totok mengatakan bahwa dalam setiap wuku, terdapat berbagai unsur berupa simbol seperti dewa, pohon, burung, gedhong (tipe rumah), umbul-umbul, dan senjata.
Ada pula simbol yang melambangkan keberuntungan maupun kesialan seseorang. Dirinya melanjutkan, terdapat cara untuk menetralisir sifat negatif atau kesialan dalam wuku.
Baca juga: Museum Radya Pustaka Surakarta Masih Tutup, Peminat Weton Jawa Harus Sabar
“Netralisir dengan melaksanakan selamatan yang ubarampe atau sarana dan prasarananya berbeda-beda menurut wuku masing-masing,” ujar dia.
Adapun, inti dari selamatan tersebut adalah untuk memohon kepada Tuhan agar dijauhkan dari kesialan dan diberi keselamatan.
Selamatan juga dilakukan untuk berbagi dan berderma kepada sesama. Totok menuturkan, peranan wuku sangat penting untuk mengenali watak pribadi maupun orang lain, termasuk pasangan yang bersangkutan.
Untuk memahami lebih lanjut, Totok mencontohkan seseorang yang lahir pada 14 November 1993. Jika dikonversi ke penanggalan Jawa, hasilnya adalah sebagai berikut:
Lahir
Baca juga: Museum Radya Pustaka Tutup, Konsultasi Weton Jawa Buka Secara Virtual
Neptu
Wuku
Pangarasan
Baca juga: 5 Gunung Tertinggi di Jawa Tengah, Mana yang Sudah Kamu Daki?
Pancasuda
Totok menjelaskan bahwa Wuku Maktal - Dewa Bathara Sakri memiliki sifat pemberani, berjodoh cantik atau tampan, serta berpotensi untuk memiliki banyak keturunan.
Simbol Wuku Maktal adalah sebuah gedung yang di atasnya terdapat umbul-umbul. Watak wuku ini adalah kaya dan punya kelebihan, meski disertai dengan watak sombong.
Baca juga: Dolan ke Solo, Jangan Lupa Lihat Kampung Batiknya
Simbol lainnya adalah pohon nagasari yang berarti memiliki tampang rupawan, gaya bicara yang enak, dipercaya, dan mendapat perhatian dari atasannya.
“(Simbol) burung ayam hutan, menjadi kesukaan orang besar. Pandai merangkai kata, siapa saja yang melihatnya banyak yangs uka, berwibawa,” kata Totok.
“Diibaratkan bagai gunung yang meletus, bicaranya agak menyia-nyiakan orang lain, tetapi jika sudah tua baik hati,” imbuh dia.
Baca juga: Tradisi Perayaan Satu Suro di Pura Mangkunegaran Surakarta
Lambang Wuku Maktal juga diibaratkan bagai sinar yang berjalan dan memancar. Wataknya dikaruniai pengetahuan tentang seluk-beluk hal kenegaraan.
Menurut Totok, orang berwatak tersebut juga mudah untuk membuat orang lain tertarik dengan apa yang mereka lakukan.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut dan berkonsultasi seputar weton, pawukon, atau ingin mengetahui lebih lanjut seputar wuku, kamu bisa berkunjung ke Museum Radya Pustaka di Kota Solo, Jawa Tengah.
“Pelayanan konsultasi tentang weton dan pawukon di Museum Radya Pustaka sudah lama ada dan ini merupakan daya tarik tersendiri,” ungkapnya.
Baca juga: Radya Pustaka di Kota Solo, Museum Tertua Indonesia
Kendati demikian, saat ini museum tersebut sedang menutup pintunya bagi wisatawan akibat PPKM di Jawa dan Bali.
Apabila sudah sangat penasaran dengan weton Jawa dan pawukon, Totok mengatakan bahwa museum membuka layanan tersebut secara virtual.
Jika ingin konsultasi weton atau pawukon secara online, kamu bisa langsung menghubungi Totok via WhatsApp +62818-0444-0051.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.