Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tunggal Panaluan, Tongkat Sakti Suku Batak Toba

Kompas.com - 18/09/2021, 13:01 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

  • Bencana dan penglihatan ke masa depan

Suatu hari, kemarau datang dan menyebabkan hujan tidak turun selama hampir tiga bulan. Tanaman pun layu. Sawah dan mata air juga kering.

Para tetua desa berkumpul dan memanggil seorang Datu untuk mencari tahu penyebab dari semua ini. Menurut penglihatan sang Datu, penyebabnya adalah perbuatan terlarang yang dilakukan dua anak kembar tersebut.

Tuduhan langsung dilemparkan kepada si kembar tanpa pembicaraan lebih lanjut. Kepala desa dan Datu datang untuk bertemu Guru Hatia Bulan.

Baca juga:

Mereka menjelaskan, Aji Donda dan Tapi Nauasan menyebabkan kekeringan yang terjadi di desa mereka. Akhirnya, keduanya dipanggil untuk diadili. Saat ditanya banyak pertanyaan, keduanya tidak bisa menjawab karena ketakutan.

Guru Hatia Bulan pun tidak bisa membela anak-anaknya dan menyerah pada hasil pengambilan suara yang meminta agar si kembar diusir dari desa.

Sang ayah yang hanya bisa pasrah kemudian membangun sopo (sejenis lumbung padi) untuk didiami oleh anak-anaknya. Dia juga meninggalkan seekor anjing sebagai penjaga.

Tongkat Tunggal Panaluan yang dapat dilihat di rumah adat Batak Toba di Anjungan Sumatera Utara, TMII, Jakarta, Senin (13/9/2021).kompas.com / Nabilla Ramadhian Tongkat Tunggal Panaluan yang dapat dilihat di rumah adat Batak Toba di Anjungan Sumatera Utara, TMII, Jakarta, Senin (13/9/2021).

Setiap beberapa hari sekali, Guru Hatia Bulan dan Nan Sindak Panaluan akan berkunjung untuk membawakan makanan sambil menahan kesedihan mereka.

Entah karena si kembar sudah tidak lagi tinggal di desa atau bukan, kekeringan yang sebelumnya melanda akhirnya usai.

  • Insiden pohon yang melegenda

Tidak jauh dari sopo, terdapat pohon berduri. Meski buahnya berwarna hijau, warnanya akan berubah menjadi merah saat matang dan merah tua saat sangat matang.

Buah ini berbentuk bulat bagai anggur, meski rasanya asam dan agak pahit. Namun saat sedikit ditekan, rasanya akan menjadi manis dan segar. Orang-orang menyebutnya sebagai buah piu-piu tanggule.

Suatu hari, Tapi Nauasan meminta Aji Donda untuk memanjat pohon itu lantaran dia ingin menikmati buahnya.

Baca juga:

Dia pun mengiyakan permintaan itu dengan memanjatnya sambil menikmati beberapa buah. Kendati demikian, tubuhnya tiba-tiba masuk ke dalam pohon. Hanya kepalanya saja yang muncul di permukaan.

Beberapa saat kemudian, Tapi Nauasan yang sudah menunggu cukup lama untuk diambilkan piu-piu tanggule memanggil Aji Donda meski tidak mendapat jawaban.

Saat dia dan sang anjing penjaga mendekati pohon, dia melihat tubuh Aji Donda yang terisap pohon. Saat sang lelaki tidak menjawab semua pertanyaannya, dia memutuskan untuk memanjat pohon tersebut.

Akan tetapi, Tapi Nauasan mendapat nasib yang sama dengan Aji Donda. Tubuhnya terisap pohon, hanya menyisakan kepala yang muncul di permukaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com