Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Kenapa Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat daripada Pergi

Kompas.com - Diperbarui 16/01/2023, 09:22 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Apa kamu pernah merasa perjalanan pulang lebih cepat daripada pergi?

Padahal, jarak yang ditempuh sama saja, dengan kecepatan yang sama pula.

Gejala itu rupanya dikenal sebagai Efek Kappa dalam disiplin ilmu psikologi dan neurosains.

Baca juga: Alasan Kenapa Penumpang Langsung Berdiri Meski Pesawat Baru Mendarat

Efek Kappa yaitu saat lama perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bagi sebagian orang terasa berbeda, tepatnya ketika mereka pergi dan pulang.

Pengajar mata kuliah Biofisika dan Kompleksitas pada program studi S2 Biofisika di Institut Pertanian Bogor (IPB), Husin Alatas menjelaskan, secara fisika, jika menempuh jalur yang sama, tidak ada perbedaan jarak tempuh antara pergi dan pulang.

Namun, waktu tempuh akan berbeda bila kecepatan saat pergi dan pulang berbeda.

"Jika pulang dengan kecepatan lebih besar dibanding pergi, tentu waktu pulang lebih singkat dari pergi, dan sebaliknya," jelas Guru Besar bidang Fisika Teori ini kepada Kompas.com, Sabtu (29/1/2022).

Baca juga:

Mari kita anggap kecepatan saat pergi dan pulang tetap sama, sehingga waktu yang dibutuhkan pun secara fisika sama.

Kendati demikian, sebagian orang mungkin akan tetap merasa bahwa waktu pulang lebih cepat.

Hal ini lebih disebabkan oleh cara kerja otak dalam memersepsikan waktu, khususnya terkait jangka waktu sebuah aktivitas.

Ilustrasi peta dan roadtrip.Pexels/Leah Kelley Ilustrasi peta dan roadtrip.

Berdasarkan penjelasannya, Efek Kappa, yang terkait dengan persepsi terhadap jangka waktu aktivitas oleh otak, merupakan hal yang sangat kompleks dan melibatkan banyak bagian di otak.

Tidak hanya itu, dalam kondisi tertentu, persepsi ini mungkin saja ikut melibatkan hormon.

Baca juga:

Persepsi waktu didasari atas informasi yang diolah oleh otak terkait dengan aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.

"Rangsangan dari luar yang diterima berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, serta terkait pula dengan kondisi lingkungan yang menyertainya," terang Husin.

Semua hal tersebut lantas berdampak pada kemampuan otak dalam memersepsikan jangka waktu sebuah aktivitas.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Perjalanan pulang sudah familiar

Selain itu, perjalanan pulang yang lebih familiar juga menjadi salah satu faktor.

Kembali ke persepsi waktu yang terasa lebih singkat saat pulang.

Minimnya informasi mengenai tempat yang dituju saat pergi dan diketahuinya informasi tentang tempat tersebut saat pulang, menjadi salah satu hal yang memengaruhi cara otak dalam memersepsikan waktu tempuh.

Baca juga:

Hal lain yang juga mungkin berperan adalah jenis aktivitas yang dilakukan selama perjalanan karena aspek ini terkait erat dengan rangsangan yang diterima.

Bila seseorang sibuk melakukan banyak hal selama perjalanan, persepsi waktu perjalanan yang singkat akan cenderung dirasakan.

Berbeda dengan mereka yang minim aktivitas selama perjalanan berlangsung.

"Perbedaan waktu, berupa Efek Kappa, yang dirasakan antara pergi dan pulang merupakan fenomena yang terkait dengan cara otak memersepsikan waktu, dan tidak ada hubungannya dengan sifat waktu secara fisika," pungkas Husin. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com