KOMPAS.com - Perubahan iklim menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir. Semua pihak mulai sadar akan dampak perubahan iklim pada lingkungan mereka, serta bumi secara keseluruhan.
Dikutip Kompas.com dari The Travel, Senin (07/02/2022), sejumlah destinasi wisata di dunia terancam hilang akibat perubahan iklim.
“Perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut menyebabkan banyak tempat favorit berisiko menghilang selamanya, bahkan dalam waktu yang jauh lebih dekat daripada yang kita bayangkan,” tulis The Travel.
Seperti diketahui, perubahan iklim disebabkan oleh kenaikan suhu bumi. Kondisi tersebut dipicu oleh efek gas rumah kaca yang menumpuk di atmosfer.
Perubahan iklim tersebut meningkatkan permukaan air laut, yang tentunya berdampak negatif pada sejumlah lokasi wisata di dunia.
Baca juga: 10 Negara dengan Tingkat Kejahatan Tertinggi di Dunia
Lebih dari 1.500 mil persegi wilayah Pegunungan Montana tertutup dengan gletser atau bongkahan es tebal. Fenomena alam tersebut menjadikan pemandangan di taman nasional sangat indah.
Taman Nasional Gletser Montana adalah surga bagi para penikmat fotografi panorama. Kawasan ini juga rutin dikunjungi oleh pendaki dari berbagai negara.
Sayangnya, perubahan iklim membuat gletser di taman nasional ini mencair. Sejumlah pihak meramalkan bahwa gletser yang menutupi kawasan taman nasional itu akan hilang, karena mencair.
Baca juga: Daftar 10 Museum Terindah di Dunia, Ada Louvre
Sayangnya, Great Barrier Reef telah kehilangan lebih dari setengah terumbu karangnya sejak 1995. Kondisi ini disebabkan oleh pemanasan global yang menjadikan suhu di dalam laut lebih hangat bagi karang.
Great Barrier Reef merupakan salah satu destinasi alam bawah laut yang banyak didatangi wisatawan. Sebelum benar-benar punah, Great Barrier Reef layak masuk daftar tujuan wisata untuk dikunjungi.
Baca juga: 4 Keajaiban Fenomena Alam di Australia Selain Great Barrier Reef
Asal nama Cloud Monteverde adalah karena fenomena kabut yang menyelimuti hutan tropis seluas 10.500 hektar tersebut. Hingga saat ini, penyebab kemunculan awan tersebut masih menjadi misteri.
Setiap tahun, sekitar 70.000 wisatawan menjelajahi Hutan Cloud Monteverde. Sebagian besar pengunjung menghabiskan dua hingga tiga hari di dalam hutan guna menikmati suasana hutan berselimut kabut.
Sayangnya, dampak perubahan iklim mengancam keberadaan kabut yang menyelimut Hutan Cloud Monteverde tersebut.
Baca juga: 10 Destinasi Terpopuler di Dunia 2022 Versi Trip Advisor, Dubai Juara
Menyaksikan keindahan gletser di Glacier Bay, Alaska menjadi impian bagi banyak wisatawan. Taman Nasional dan Cagar Alam Glacier Bay ini memiliki luas 3,3 juta hektar yang mencakup wilayah pegunungan, teluk, pantai, dan, tentu saja, gletser.
Taman nasional ini juga menjadi habitat satwa langka liar seperti rusa, elang, dan serigala. Sayangnya, gletser di Glacier Bay mulai mencair akibat pemanasan global.
Gunung Kilimanjaro di Tanzania merupakan salah satu puncak tertinggi di dunia. Dengan ketinggian sekitar 5.895 di atas permukaan laut, puncak Gunung Kilimanjaro tertutup salju.
Namun, salju di puncak Gunung Kilimanjaro mulai mencair akibat pemanasan global. Bahkan, sebagian ahli memprediksi salju tersebut akan hilang pada 2033.
Baca juga: Cerita Ramon Y Tungka Menuju Puncak Kilimanjaro: Ya Allah, Gue Dah Ga Kuat
Maladewa atau Maldives merupakan sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia. Maladewa merupakan surga bagi pecinta wiasta pantai.
Air laut yang mengelili pulau-pulau di Maladewa berwarna biru kristal. Obyek wisata ini memiliki fasilitas penginapan di atas laut yang menjadi ikon Maladewa.
Wisatawan juga bisa menikmati alam bawah laut Maladewa yang indah, melihat lumba-lumba, dan berselancar.
Sayangnya, 80 persen dari pulau-pulau di Maladewa diramal akan tenggelam pada 2050 akibat kenaikan permukaan air laut. Kondisi tersebut akan menelan sebagian besar gugusan pulau di Maladewa.
Baca juga: Bali Destinasi Terpopuler Asia dan Keempat Dunia Versi TripAdvisor
Nasib serupa diramal bakal dialami oleh Kepulauan Marshall yang terleta di Samudra Pasifik bagian barat. Mayoritas bagian negara tersebut berupa laut yang mengelili pulau-pulau karang.
Kepulauan Marshall merupakan salah satu destinasi scuba diving di dunia. Sayangnya, negara ini terancam punah akibat kenaikan permukaan air laut.
Venesia, Italia dijuluki sebagai Kota Terapung karena konstruksi bangunan kota yang ditopang oleh tiang kayu sebagai fondasi.
Isu Venesia tenggelam sudah muncul sejak abad ke-20 karena fondasi kayu tidak mampu lagi menopang kota dengan baik. Kondisi tersebut diperkeruh dengan faktor pemanasan global yang meningkatkan permukaan air laut.
Laut Mati yang berada antara Yordania dan Israel juga terancam hilang. Pasalnya, aliran air ke obyek wisata tersebut mulai menyusut.
Mengutip Kompas.com, Rabu (02/08/2020), Laut Mati adalah titik terendah di bumi yang berada sekitar 430,5 meter di bawah permukaan laut. Laut Mati adalah danau hipersalin (sangat asin) yang merupakan salah satu keajaiban alam.
Air Laut Mati sangat asin, berlumpur, dan kaya mineral, sehingga Laut Mati memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Banyak wisatawan internasional dan penduduk lokal mengunjungi pantai Laut Mati untuk perawatan lumpur.
Baca juga: 10 Hotel dengan Sarapan Terbaik dan Paling Enak di Dunia
Alexandria di Mesir merupakan salah satu kota yang diprediksi berisiko hilang akibat perubahan iklim.
Alexandria memang terletak di Pantai Mediterania. Kota yang penuh sejarah ini menjadi destinasi wisata pantai ternama di dunia.
Selain nilai sejarahnya yang berlimpah, Alexandria juga tempat yang sempurna untuk melakukan aktivitas scuba diving atau wisata kuliner makanan laut di restoran sekitarnya.
Alexandria diprediksi akan "menghilang" di abad ini, paling cepat pada 2030 atau paling lambat akhir abad ini.
Mungkin akhir abad masih cukup lama datang, namun efeknya sudah mulai terlihat. Misalnya, gletser yang menyusut dan kenaikan air laut.
Baca juga: Sejarah Alexandria, Kota Peradaban dan Ilmu Pengetahuan di Mesir
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.